Mahameru: Perspektif Hindu, Islam dan Sains
Kemarin, tanpa sengaja saya bertemu dan sempat berbincang dengan
salah seorang dosen Sejarah, dan sempat menyinggung sekilas tentang gunung
Semeru. Dosen tersebut bertanya kepada saya tentang aspek mistis yang adadi
Semeru, termasuk apakah iya gunung Semeru itu memiliki aura yang berbeda dengan
gunung lainnya? Saat itu saya jawab saja iya, apalagi berdasarkan pengalaman teman
pendaki gunung semeru beberapa hari lalu yang mengalami kejadian mistis di
gunung Semeru (Insyaallah ke depan akan saya tulis). Dan kalau kita coba searching
di internet memang tidak sulit untuk kita bisa menemukan kisah kejadian-kejadian
mistis yang dialami oleh para pendaki di gunung Semeru ini. Selain kisah
mistisnya, dari segi kontur dan tekstur dari gunung semeru itu sendiri memang
cukup unik. Kita akan menemukan bentuk puncak yang mengerucut secara simetris
yang menjadikan puncak semeru (Mahameru) nampak begitu gagah.
Kemudian dosen sejarah tadi coba menghadirkan kisah kosmologi
gunung semeru itu dari sudut pandang agama Hindu. Bahwa dalam sejarah yang ia
pelajari, ada kisah di mana Mahameru ini awalnya ada di India, yang kemudian
dipindah oleh Dewa Wishnu dan Dewa Brahma ke tanah Jawa, karena saat itu tanah
Jawa sering gonjang-ganjing. Sebutan Mahameru sendiri sebagai puncak
para Dewa tentunya tidak lepas dari kisah tersebut. Saat perpindahan itu,
beberapa bagian dari Mahameru ini berjatuhan dan jadilah gunung-gunung,
sehingga di tanah Jawa ini kita bisa dapati banyak sekali gunung-gunung. Singkat
cerita, Mahameru inilah yang kemudian dipercaya sebagai menjadi Paku/Tiangnya
tanah Jawa.(Ada tulisan bagus tentang Gunung Semeru, Pakunya Jawa)
![]() |
Puncak Mahameru (Puncak Para Dewa) |
![]() |
Danau Ranu Kumbolo yang Disucikan |
Dari perbincangan itu saya kemudian coba cari beberapa sumber yang
ada di internetdan ternyata tidak sedikit tulisan yang berbicara tentang konsep
Mahameru yang dipindah dari India ke tanah Jawa dan menjadi tiangnya tanah
Jawa. Belum lagi kalau kita bicara danau Ranu Kumbolonya yang juga memiliki
hubungan erat dengan masyarakat Hindu, yang airnya dianggap suci oleh mereka. Karenanya,
para pendaki atau siapapun dilarang keras untuk mandi di danau Ranu Kumbolo
(dan inilah yang menjadi salah satu kritik keras bagi film 5cm yang sempat booming
di tahun 2012, di mana dalam film tersebut ada scene mandi di danau
Ranu Kumbolo).
![]() |
Batas Vegetasi menuju Puncak Mahameru |
![]() |
Puncak Mahameru terlihat dari Camping Ground Pos Kalimati |
Kemudian, yang menarik lagi dari Mahameru ini adalah adanya kaitan
Mahameru dengan konsep nasi tumpeng yang ada di Jawa, Madura dan Bali. Bahwa bentuk
nasi tumpeng itu adalah representasi dari bentuk puncak Mahameru. Silahkan anda
cek bentuk gunung di Jawa yang bentuknya seperti nasi Tumpeng, maka anda akan
dapati bahwa puncak Mahamerulah yang memiliki bentuk paling mirip dengan nasi
Tumpeng. Sementara nasi Tumpeng itu sendiri sejarah awalnya memang dibuat sebagai
wujud penghormatan terhadap gunung-gunung yang diyakini sebagai tiang alam
semesta.
Saat mendengar penjelasan dosen sejarah tentang Mahameru ini yang
diyakini menjadi tiangnya Tanah Jawa, tiba-tiba saya teringat salah satu ayat
al-Qur’an yang ada di QS. An-Nahl ayat 15, yang artinya kurang lebih “Dan Dia menancapkan
gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu,
(dan Dia mnciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.”
Saya harap pembaca menyadari satu hal yang juga saya sadari, bahwa ternyata ada
kesamaan konsep gunung yang dalam agama Hindu dan Islam (berdasarkan sumber
utamanya, al-Qur’an). Bahwa gunung-gunung yang tinggi itu memang ada sebagai
stabilisator bumi, dan ini pun pada akhirnya juga dikonfirmasi oleh sains modern
yang menyebutkan salah satu fungsi dari gunung adalah menjaga bumi agar tidak
sering bergoncang.
Sekali lagi, kenyataan ini, yakni adanya persamaan konsep tentang
gunung dalam agama Hindu, Islam dan sains modern, memberikan pembuktian kembali
bahwa ada semacam potongan-potongan puzzle yang berserakan di alam
semesta ini yang jika kita mau – dan sudah selayaknya kita sebagai makhluk yang
memiliki akal untuk berpikir harus mau – menggabung-gabungkan potongan-potongan
itu kita akan temukan gambar yang lebih besar lagi (silahkan baca: Puzzle Keilmuan Allah SWT.). Menemukan gambar yang lebih besar ini perlu,
karena itu akan menjadikan kita memiliki cakrawala pengetahuan yang luas. Memiliki
cakrawala yang luas ini sangat penting, apalagi bag kita yang memang hidup di Negara
yang memiliki tingkat keberagaman yang tinggi ini. Semoga bermanfaat.
Sukoharjo,
25 Agustus 2018, 09.17 WIB
It is truly a well-researched content and excellent wording. I got so engaged in this material that I couldn’t wait reading. I am impressed with your work and skill. Thanks. maharishi jyotish
ReplyDelete