Gunung Sindoro Via Alang-Alang Sewu (Pajero Part 2)
(Baca: Gunung Sindoro via Alang-Alang Sewu Part 1)
Targetnya, sebelum jam 12.00 kami harus sudah turun dari puncak, karena jam 12.00 ke atas, Puncak Gunung Sindoro sudah tidak aman lagi untuk didatangi, apa pasal? Pasalnya, semakin siang, maka asap belerang dari kawah Gunung Sindoro semakin banyak.
Langit mulai gelap, dan badai pun bukannya berhenti tapi malah
semakin menjadi. Untungnya, kami dapat menemukan spot untuk mendirikan
tenda. Jadi, di Pos III ini memang tempatnya lapang, dan tidak ada vegetasi
yang lebat. Karena itu, saran dari saya ketika hendak ngecamp di sini
adalah siapkan tali yang banyak untuk jaga-jaga jika ada badai. Untuk apa tali?
Untuk mengikat tenda dari berbagai sudut agar tetap aman meskipun diterpa
badai. Dan inilah yang kami lakukan saat itu, tenda kami tidak hanya kami
amankan dengan pasak, tapi juga kami tali dan ikatkan ke ranting-ranting pohon
yang ada, sehingga tenda tetap aman.
Saya kira badai sore itu hanya sebentar, tapi pada kenyataannya
hampir semalaman badai itu tak kunjung reda. Di saat kami sudah mulai mendirikan
tenda, ada beberapa rombongan lain yang datang dan ngecamp di samping
kami. Malam itu, nyaris kami tidak keluar dari tenda selain untuk memastikan
keadaan tenda kami aman.
Lewat tengah malam, badai tak kunjung berhenti. Tapi ada yang
menarik perhatian saya, ada cahaya terang yang masuk melalu jendela tenda yang
kami tempati. Begitu saya lihat keluar, saya menemukan pemandang malam yang
teramat Indah. Meskipun malam itu bukan bulan purnama, tapi penampakan bulan
yang dikelilingi gemerlap bintang-bintang yang amat banyak. Akhirnya, saya
putuskan malam itu untuk tidak tidur sama sekali. Sebenarnya, menikmati
pemandangan langit malam hari adalah opsi lanjutan. Kenapa begitu? Ya karena
suara angin yang begitu kencang, ditambah perasaan tak tenang melihat tenda
yang begitu kacau terkena angin badai menjadikan saya sulit untuk memejamkan
mata. Awalnya bingung mau ngapain kalau tidak tidur. Tapi begitu langit
memberikan pertunjukan malam yang indah, ya sudah, setidaknya aku tak sendiri.
Hahahaha
Ya, jadi malam itu badai tak kunjung berhenti sampai waktu subuh.
Meskipun badai, tapi keadaan langit amat cerah. Kata-katanya, kalau malamnya
badai, paginya kami akan disuguhi view yang amat menakjubkan. Benar
saja, saat fajar mulai muncul, dari arah timur, langit mulai menampakkan
semburat warna jingga. Saya dan teman-teman yang lain mulai keluar tenda dan
menikmati sensasi matahari terbit dari Pos III yang diberi nama “Sunrise
Hunter”. Kami putuskan untuk menikmati Golden Sunrise pagi ini di
Pos III saja, tanpa harus terburu-buru untuk summit. Perjalanan dari Pos
III sampai Puncak menurut estimasinya membutuhkan waktu 5 Jam. Maka, kami
putuskan untuk mulai summit jam 07.00 pagi.
![]() |
Golden Sunrise di Pos III (Sunrise Hunter) Gunung Sindoro (2370 Mdpl) |
Sungguh, view yang kami dapatkan pagi itu di Pos III amat
menakjubkan, dan ini dikonfirmasi oleh seorang bapak dari BC yang saat itu juga
ngecamp di Pos III setelah melakukan pembenahan jalur pendakian, bahwa view
pagi itu sangat menakjubkan. Fenomena matahari terbit dengan latar Gunung
Sumbing, Merbabu, Merapi yang nampak amat jelas. Ya, katanya memang begitu
kalau di gunung. Kalau malamnya badai, pasti view paginya tak akan
mengecewakan.
Warna Jingga di langit pun mulai berubah menjadi warna biru cerah,
dan ini menyadarkan kami untuk segera
persiapan melakukan pendakian ke Puncak Gunung Sindoro. Sarapan sudah,
perbekalan sudah siap. Tepat pukul 07.00 kami pun mulai melakukan pendakian ke
puncak. Dari delapan orang yang ada di rombongan, hanya tujuh yang melakukan
summit, yang satu tidak ikut karena sebelumnya sudah pernah sampai di
Puncak Sindoro.
![]() |
Latar Belakang Gunung Sumbing, Gunung Merbabu dan Gunung Merapi |
Targetnya, sebelum jam 12.00 kami harus sudah turun dari puncak, karena jam 12.00 ke atas, Puncak Gunung Sindoro sudah tidak aman lagi untuk didatangi, apa pasal? Pasalnya, semakin siang, maka asap belerang dari kawah Gunung Sindoro semakin banyak.
![]() |
Pemandangan dari Jalur Pendakian Pos III Menuju Puncak |
![]() |
![]() |
Ternyata, jarak antara Pos III sampai ke puncak masih cukup jauh.
Ditambah lagi tidak adanya vegetasi yang dapat kita jadikan untuk tempat
berteduh. Walhasil, kami pun harus berpanas-panas ria saat pendakian
ini. Dalam perjalanan ini, kami melewati Hutan Lamtoro, setelahnya kami
memasuki Hutan Mati, di mana di tempat ini hamper tidak ada tumbuhan yang
hidup. Semuanya nampak seperti terbakar, apakah karena terjadi kebakaran hutan?
Bukan. Katanya, pohon yang ada di Hutan Mati ini nampak gosong karena efek dari
belerang yang berasal dari kawah.
![]() |
Hutan Mati di Jalur Pendakian Dari Pos III Menuju Puncak |
Satu jam, dua jam, tiga jam, empat jam terlewati dan tanda-tanda
puncak belum nampak. Awalnya, kami bertujuh selalu bersama ketika summit ini,
tapi lama kelamaan kemudian kami terbagi menjadi dua kelompok. Lima orang di
depan, dan dua orang masih tertinggal di belakang, yang belakangan ini pada
akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan.
Bau belerang semakin tajam, menandakan bahwa kami telah mendekati
Puncak Gunung Sindoro. Memanfaatkan sisa-sisa tenaga, kami berlima akhirnya
sampai juga di Puncak Gunung Sindoro. Bagaimana viewnya? Tidak terlalu
jelas, karena kami terlalu siang sampai puncaknya. Sehingga kawah sudah tak
nampak, tertutup asap belerang.
Kami berlima akhirnya menyegerakan diri untuk mendokumentasikan
pencapain ini. Karena beberapa pendaki yang juga sampai puncak saling
mengingatkan demi keselamatan untuk
segera turun. Karena pertimbangan asap belerang yang semakin pekat. Saat itu,
kami sampai puncak sekitar pukul 10.30 WIB dan kami putuskan untuk turun jam
11.00 WIB. Kesan untuk Puncak Gunung Sindoro? Saya kira puncak selalu
memberikan pelajaran berharga bagi kami, pelajaran berharga tentang arti keberusahaan.
![]() |
Puncak Gunung Sindoro (3153 Mdpl), 04 Februari 2018) |
![]() |
Sebelum turun, saya menyempatkan diri untuk bersujud di Puncak
Gunung Sindoro. Kenapa? Saya teringat pada satu perbincangan dengan seorang
bapak yang dulu juga suka mendaki. Kata bapak itu, kalau sampai puncak,
sempatkan sujud, karena tempat sujud itu kan bisa menjadi saksi kita kelak di
akhirat.
Setengah jam perjalanan kami turun dari puncak, tiba-tiba turun
hujan yang amat lebat. Repotnya, kami tidak membawa jas hujan, karena
mempertimbangkan cuaca pagi tadi yang amat cerah kami pun memutuskan untuk
tidak membawa jas hujan ketika summit. Sebagian memutuskan mencari
tempat berteduh, tapi saya nekat untuk tetap turun meskipun saat itu hujan.
Dua jam saya sampai juga di Pos III, dan begitu sampai Pos III
hujan pun reda. Saya dan juga satu teman satu daerah saya pun segera berkemas
untuk turun. Karena targetnya, kami berdua harus sampai Solo sebelum pukul
22.00 WIB. Akhirnya, jam 13.30 WIB kami berdua sudah siap untuk turun,
sementara rombongan yang membersamai kami berdua yang dari Jakarta, memutuskan
untuk santai-santai terlebih dahulu.
Dalam perjalanan turun ini, kami berdua mendapat teman lagi, yaitu
dua orang dari Cilacap. Mereka ngecamp di Pos II, kemudian pagi tadi
melanjutkan perjalanan, namun karena kesiangan, mereka pun gagal summit.
Perjalanan turun ini memakan waktu yang amat singkat. Karena pukul
17.00 WIB kami sudah sampai di BaseCamp Alang-Alang Sewu. Perasaan lega
pun tak terelakkan, bahwa memang tujuan yang terpenting dalam pendakian adalah
bukan puncak, tapi dapat kembali dalam keadaan selamat. Dan syukur Alhamdulillah pendakian
kali ini berjalan lancar. Meskipun sempat dihadapkan pada jalur longsong, semak
belukar yang menutup jalan, badai sepanjang malang, trekking summit yang
tidak mudah (apalagi bagi pemula seperti saya), kondisi puncak yang sudah
diselimuti asap belarang, turun dengan guyura hujan yang amat lebat. Semuanya
itu terbayar dengan rasa lega dapat sampai BaseCamp lagi dengan selamat.
Begitu kami sampai BC, kami berdua langsung packing untuk
kembali ke daerah asal kami. Kami sadar bahwa kami belum sepenuhnya lega,
karena masih ada perjalanan sekitar 160 Km yang perlu kami tempuh. Sore itu
hujan kembali turun, dan hujan pun senantiasa mengiringi kami sepanjang jalan,
dari BaseCamp Alang-Alang Sewu yang ada di daerah Anggrunggondok,
Wonosobo, sampai kami sampai di daerah Kartasura, Sukoharjo. Amazing.
Kartasura,
28 Maret 2018, 16:58 WIB
0 Response to "Gunung Sindoro Via Alang-Alang Sewu (Pajero Part 2)"
Post a Comment