Benarkah Ahok Menistakan Agama?
Beberapa minggu ini, umat Islam di Indonesia – bahkan di dunia –
disibukkan dengan isu penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta,
Basuki Cahaya Purnama (Ahok). Berbagai reaksi muncul dari beberapa kalangan
umat Islam dengan reaksi yang beraneka ragam. Ada yang menyatakan bahwa
pernyataan Ahok di Kepulaun Seribu sebagai bentuk penistaan agama Islam,
sehingga menurut kelompok ini Ahok perlu diadili secara hukum. Namun tidak
sedikit pula yang menyatakan bahwa pernyataan Ahok itu tidak bisa dikatakan
sebagai penistaan agama, atau meskipun tidak
secara tegas mengatakan bahwa itu bukan termasuk penistaan agama, mereka
ini merasa tidak perlu membesar-besarkan pernyataan Ahok, apalagi pada
kenyataannya Ahok juga sudah meminta maaf dan ber-tabayun jika dirinya
tidak ada maksud menistakan Al-Qur’an atau pun Islam.
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian saya pribadi terkait dengan
isu penistaan agama ini. kenapa saya katakan isu? Ya, karena memang nyatanya
sampai sekarang saya belum menerima berbagai fakta yang diberikan oleh kelompok
yang kontra Ahok, bahwa Ahok telah menistakan Al-Qur’an yang artinya juga
menistakan agama Islam. Memang, MUI sudah mengeluarkan fatwa bahwa pernyataan
Ahok terkait surat Al-Maidah 51 sebagai pernyataan yang menistakan agama Islam,
di mana salah satu argumen yang dibangun adalah telaah dari segi bahasa yang
pada akhirnya disimpulkan bahwa secara tidak langsung Ahok telah mengatakan
bahwa Al-Qur’an itu alat bohong, dan juga mengatakan bahwa ulama yang
menafsirkan surat Al-Maidah 51 sebagai orang yang bohong ketika dikatakan bahwa
jangan memilih pemimpin dari non-Islam.
Pernyataan Ahok “anda dibohongin orang pakai surat Al-Maidah 51”
yang dikatakan sebagai penistaan pada Al-Qur’an diqiyaskan dengan “anda dipukul
pakai penggaris” atau dalam salah satu acara diskusi di salah satu stasiun TV
disebutkan bahwa “anda dibunuh pakai pisau”. Yang menjadi perhatian di sini
adalah Al-Qur’an; penggaris; dan pisau. Di mana dari pengqiyasan itu diambil
satu kesimpulan bahwa Ahok mengatakan Al-Qur’an adalah alat berbohong.
Entah
mengapa sampai sekarang saya masih belum bisa menerima pengqiyasan ini, dan
belum bisa pula memahami di sisi mana Ahok menistakan agama Islam? Karena saya
meyakini bahwa pisau atau penggaris itu bukanlah alat membunuh atau alat
pemukul, keduanya tentu bersifat netral, sama halnya dengan Al-Qur’an. Tidak
bisa kemudian dinyatakan jika pisau itu alat pembunuh dengan argumen bahwa ada
orang yang membunuh pakai pisau, sehingga jika ada yang menggunakan pisau
kemudian dikatakan sebagai pembunuh.
Sama halnya dalam Al-Qur’an, mau tidak mau kita harus meyakini jika
ayat-ayat dalam Al-Qur’an itu amatlah netral, dia akan bermakna jika ada orang
yeng memberi makna.
Sampai sini saya kemudian teringat dengan pernyataan almarhum Gus
Dur yang sangat kontroversial, di mana dalam salah satu acara Gus Dur
menyatakan(jika tidak salah ingat) bahwa
Al-Qur’an itu kitab porno, karena di dalamnya ada ayat tentang menyusui. Kontan
pernyataan itu menuai banyak kritik dari berbagai kalangan, utama para pemuka agama
Islam. Tapi kemudian Gus Dur mengklarifikasi bahwa Al-Qur’an itu akan menjadi
porno jika yang membacanya punya pikiran porno, jadi ketika membaca ayat
tentang menyusui, jika orang yang membaca itu memiliki pikiran porno, maka
al-Qur’an itu – bisa jadi – menjadi sarana untuk berpikir porno.
Nah, dari situ kemudian saya berpikir bahwa tidak tepat jika menyimpulkan
bahwa Ahok menistakan agama hanya dengan dasar pemahaman bahwa pernyataan Ahok
itu bermakna mengatakan Al-Qur’an itu alat bohong. Karena bagaimana pun juga
kita tidak bisa mengatakan bahwa pisau itu alat membunuh, karena pada
kenyataannya pisau tidak selalu identik dengan membunuh, kita bisa itu memakai
pisau untuk mengupas buah-buahan, bisa pula kita gunakan untuk memotong sayur
mayur dan segala kegiatan yang positif. Dan saya kira al-Qur’an pun demikian,
saya bukan bermaksud mengatakan al-Qur’an itu sama dengan pisau, tapi Al-Qur’an
itu layaknya pisau yang sifatnya netral. Bisa kita gunakan sebagai sesuatu yang
positif, misalnya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., tapi juga tidak
bisa kita pungkiri jika al-Qur’an ini juga berpotensi digunakan untuk hal-hal
yang negatif tergantung siapa yang menggunakan itu.
Pertanyaan kemudian, apakah bisa Al-Qur’an digunakan untuk sesuatu
yang negatif? Bukannya saya enggan memberi jawaban atas pertanyaan ini, tapi
silahkan kita buka kembali sejarah-sejarah peradaban Islam atau lebih khusus
sejarah tentang aliran-aliran Kalam yang ada di dunia Islam, tentu kita akan
menemukan banyak sekali aliran Kalam yang mendasarkan perbuatan-perbuatan
“keji” mereka yang dilandaskan pada Al-Qur’an. Jika kita enggan membuka
sejarah, maka cukuplah kita perhatikan para teroris yang ada di dunia saat ini.
Di sekian banyak kelompok teroris ada itu yang mengaku bahwa tindakan yang
mereka lakukan itu adalah sudah sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadist.
Kita mungkin bisa mengatakan bahwa penilain mereka itu salah, tapi mau tidak
mau kita harus mau menerima jika kenyataannya ada orang yang menggunakan
Al-Qur’an sebagai dasar untuk membunuh
orang lain ini sebagai bukti bahwa memang pada dasarnya Al-Qur’an itu sangat
netral, pemaknaannya tergantung oleh orang yang memaknai.
Jadi, saya – sekali lagi – kurang bisa menerima argumen yang
dipakai sebagai pengambilan kesimpulan bahwa Ahok menistakan Al-Qur’an, bahwa
secara tidak langsung Ahok menyatakan bahwa Al-Qur’an itu alat bohong, dan
justru saya malah menganggap jika yang menafsirkan pernyataan Ahok sebagai
penistaan agama lah yang sebagai penista al-Qur’an. Ya, memang itu yang saya
pahami, karena tanpa ada pemaknaan itu kehebohan pernyataan Ahok itu tidak akan
terjadi.
Akhirnya saya mengakhiri tulisan ini dengan memohon perlindungan
kepada Dzat Yang Memberi manusia akal pikiran, perlindungan dari kesalahan
dalam berpikir dan berpendapat. Jika pendapat saya salah, semoga kelak Yang
Maha Mengetahui memberikan pemahaman yang lebih benar, dan jika itu benar maka
tidak ada yang dapat mendatangkan kebenaran itu kecuali Dzat Maha Benar. Wallaahu
a’lam
Salatiga,
02 November 2016, 18.09 WIB
0 Response to "Benarkah Ahok Menistakan Agama?"
Post a Comment