Shahih Bukhori: Sekarang dan Dulu


Sangat menarik apa yang disampaikan oleh KH. Marzuqi Mustamar siang ini dalam kultum di masjid Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Dalam kesempatan itu, beliau membawa kitab “Shahih Bukhori” yang berukuran kecil. Beliau mengatakan bahwa itu adalah cetakan terbaru. Menarik apa yang dikatakan selanjutnya, beliau mengatakan bahwa ternyata di dalam kitab yang dibawa itu, ada beberapa hadist yang sengaja atau tidak sengaja hilang. Kurang lebih ada sekitar 50 hadist yang tidak beliau temukan dalam kitab Shahih Bukhari merupakan cetakan terbaru itu. Artinya, ada sekitar 50 hadist yang ada dalam kitab Shahih Bukhori cetakan lawas, ternyata tidak ditemukan dalam kitab Shahih Bukhori cetakan terbaru. (sayangnya beliau tidak memberi tahu cetakan mana itu)

Saya sedikit mencatat nomor hadist yang beliau katakan tidak ditemukan dalam kitab Shahih Bukhori yang lama dengan cetakan yang terbaru, salah satunya yaitu hadist nomor 2562-256. Kemudian ada juga beberapa hadist lainnya yang disebutkan selain nomor hadist tersebut. Beliau melanjutkan bahwa salah satu isi hadist yang tidak ditemukan dalam kitab Shohih Bukhori yang beliau bawa adalah terkait dengan mengirim pahala sedekah ke orang yang sudah meninggal (saya sudah pernah menulis tentang ini, silahkan baca: Terserah Anda Sedekah untuk Siapa?). Beliau menyebutkan beberapa redaksi hadist yang inti dari isi hadist itu adalah bahwa nabi memberikan persetujuan ketika ada sahabat yang mempertanyakan akan kebolehan bersedekah dengan niat mengirim pahala sedekah itu ke orang yang telah meninggal. Hadist tersebut, ternyata di dalam kitab Shohih Bukhori cetakan terbaru tidak ada.

Kemudian, saya coba melakukan cross-ceck langsung tentang apa yang disampaikan itu. Saya coba cari hadist dengan nomor tersebut ternyata bukan membicarakan itu. Tapi, ini bukan berarti saya menyimpulkan bahwa apa yang disampaikan oleh KH. Marzuqi Mustamar itu salah, karena di samping kredibiltas beliau yang sudah tidak diragukan lagi dalam keilmuannya, juga karena seperti yang telah dikatakan bahwa ada sekitar 50 an hadist yang hilang. Artinya apa? Bisa jadi di antara 50-n Hadist itu salah satunya adalah tentang mengirim pahala sedekah kepada orang yang telah meninggal dunia. Setelah saya cek di dalam Kitab Fathul Bari yang merupakan Syarah Shahih Muslim, hadist yang disebutkan oleh KH. Marzuqi Mustamar adalah nomor 1388 dan 2756. Redaksi dalam hadist tersebut persis dengan yang disampaikan oleh beliau, yakni tentang sampainya atau bermanfaatnya mengirim pahala sedekah kepada orang yang sudah meninggal.
Lebih lanjut, beliau juga menyatakan bahwa ada pula hadist-hadist dalam Shahih Muslim cetakan terbaru yang hilang, padahal dalam Shahih Muslim cetakan lawas itu ada. Salah satunya adalah tentang Nabi membaca bacaan Basmalah keras saat mengimami shalat Magrib, Isya’ dan Subuh. Itu ternyata tidak ada di dalam kitab Shahih Muslim cetakan baru yang beliau miliki, padahal di kitab Shahih Muslim lawas itu ada. Kemudian, dalam hal qunut shalat, beliau juga menyatakan bahwa hadist yang menginformasikan bahwa Nabi melalukan qunut di dalam shalat Subuh itu juga tidak ditemukan dalam kitab Shahih Muslim cetakan terbaru, sementara di cetakan lawas itu ada, sama halnya dalam kitab Shahih Bukhori.
Beliau juga menceritakan jika beberapa hari yang lalu beliau baru saja pulang dari Umroh. Di dalam umrohnya itu, beliau berkesempatan shalat berjamaah tepat di belakang imam Masjidil Haram. Dalam shalat Subuh, beliau sama-samar mendengar imam tersebut memanjangkan i’tidalnya dan berdo’a yang cukup panjang yang itu beliau maknai sebagai bacaan qunut. Kemudian lagi, dalam salah satu jama’ah Isya’ yang beliau ikuti, yang kebetulan saat itu tidak ada shalat jenazah (karena memang hampir setiap usai waktu shalat berjama’ah selalu ada shalat jenazah), beliau menceritakan jika setelah Shalat itu, imam Masjidil Haram juga melalukan wirid. Adapun jika biasanya seusai shalat itu tidak ada wiridan, karena itu tadi, aada shalat jenazah.
Dari sini, beliau berpesan kepada para jama’ah yang hadir untuk lebih berhati-hati dalam menghukumi sesuatu. Lebih-lebih setelah beliau menemukan adanya hadist-hadist yang sengaja dihilangkan dalam kitab-kitab Hadist yang terkenal masyhur sekali itu, menjadikan kita harus lebih bijak ketika ditanya tentang hukum-hukum dalam Islam. Misalnya dalam hal bersedekah yang pahalanya dihadiahkan untuk orang yang telah meninggal. Di dalam masyarakat kita, tradisi itu terejawantahkan dalam bentuk selamatan-selamatan. Ketika kemudian ditanya dalil kebolehannya, maka dalam kitab Hadist Shohih Bukhori cetakan-cetakan lawas ada, tapi tidak tahu kalau yang cetakan baru-baru itu.  Sehingga, amatlah tidak bijak jika kemudian mengatakan bahwa ini dan itu tidak ada dalilnya, dalam kitab Shahih Bukhori atau Muslim. Karena jangan-jangan kitab yang kita pakai sebagai acuan itu adalah kitab yang menghilangkan beberapa hadist di dalamnya?
Memang, apa yang saya tulis ini mungkin belum bisa merangkum apa yang disampaikan oleh KH. Marzuqi Mustamar siang ini. Tapi, paling tidak saya ingin membagi fakta yang diungkapkan oleh beliau kepada para pembaca, agar bisa lebih hati-hati dalam mengambil informasi, terlebih terkait dengan hal agama. Saya juga tidak lantas mengkultusklan apa yang disampaikan oleh KH. Marzuqi Mustamar tersebut, begitu juga saya berharap pembaca tidak hanya mempercayai sepenuhnya yang saya tuliskan ini. harus ada tabayyun lebih lanjut terkait dengan hilangnya beberapa hadist dalam kitab Shahih Bukhori dan Shahih Muslim. Mungkin jika ada pembaca yang baru saja membeli kitab Shahih Bukhori bisa di cek dengan kitab Shahih Bukhori cetakan lawas, apakah benar ada beberapa hadist yang hilang? Wallaahu A’lamu bish-Shawaab.
Semoga yang sedikit ini bermanfaat, amiiiiiin
Malang, 26 April 2016, 14.29

0 Response to "Shahih Bukhori: Sekarang dan Dulu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel