Antara Pendidikan Islam, Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Keislaman
Pendidikan Islam dengan Pendidikan Agama Islam adalah dua istilah
yang terkadang disamapahamkan, padahal keduanya itu berbeda. Menurut Ahmad
Tafsir, Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berwarna Islam, atau pendidikan
yang Islami. (Ahmad Tafsir, 2007: 24). Artinya, pendidikan yang dimaknai
sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak/mereka
yang belum dewasa dengan menjadikan ajaran Islam sebagai pijakan di dalamnya.
Konsekuensinya, ruang lingkup pendidikan Islam ini bukan hanya mengajarkan ilmu
agama, atau lebih khususnya tentang ibadah, melainkan juga menyangkut ilmu-ilmu
sosial, politik, ekonomi, budaya, dan seterusnya. Hanya saja untuk beberapa
disiplin ilmu yang terakhir disebut itu juga berpijak pada ajaran Islam
(Al-Qur’an dan Hadist).
Ini berbeda dengan Pendidikan Agama Islam, yang dimaknai sebagai
pendidikan yang mengajarkan tentang apa itu agama Islam. Yang kemudian ketika
istilah Pendidikan Agama Islam ini di-landing-kan ke dalam
lembaga-lembaga pendidikan yang ada di semua jenjang pendidikan hanya
membicarakan tentang ajaran Islam yang cenderung hanya berkutat pada urusan
fiqih saja. Sehingga, agama Islam yang diajarkan di sekolah-sekolah, termasuk
di perguruan tinggi terasa sangat kering, setidaknya ini yang penulis rasakan.
Dalam tulisan ini, penulis ingin sedikit mengeksplorasi tentang
istilah Pendidikan Agama Islam ini. beberapa hari yang lalu, penulis sempat
mengnjungi toko buku, dan menemukan buku Huston Smith tentang Agama-agama
Manusia edisi bergambar , yang kurang lebih membicarakan tentang agama-agama
manusia, baik itu yang biasa di sebut dengan agama samawi dan agama ardhi.
Entah dari mana datangnya, tiba-tiba penulis teringat dengan istilah Pendidikan
Agama Islam.
Jika dikatakan bahwa Pendidikan Agama Islam itu memiliki lingkup
yang lebih sempit dari Pendidikan Islam, maka tidak demikian dengan pemahaman
penulis. Bahwa istilah Pendidikan Agama Islam itu justru memiliki lingkup
kajian yang seharusnya lebih luas. Argumentasi sederhana yang penulis ajukan
adalah bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan istilah yang memiliki tiga kata
dasar di dalamnya, yaitu pendidikan, agama, dan Islam. Ini berarti, ada tiga
komponen yang sebelum ia menyatu menjadi pendidikan agama Islam adalah
merupakan satuan komponen yang memiliki kajian tersendiri di dalamnya.
Di situ ada pendidikan, yang secara sederhana bisa dimaknai –
seperti yang disebut di awal – sebagai upaya sadar untuk menjadikan orang
menjadi dewasa, dan tahu. Atau mungkin definisi-definisi lainnya tentang
pendidikan yang banyak terdapat diliteratur-literatur yang sudah ada. Kemudian,
kata yang kedua adalah agama, di mana seperti yang ketahui bahwa agama-agama
yang ada di muka bumi ini amatlah bermacam-macam. Ada agama samawi, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam. Kemudian agama ardhi, yang
diantaranya adalah Hindu, Budha dan Konghucu, dan agama-agama lainnya yang
merupakan hasil perenungan manusia untuk menemukan Sang Maha Tinggi. Terakhir
adalah kata Islam yang secara sederhana dimaknai sebagai suatu agama yang
dibawa oleh seorang Nabi dan Rasul akhir zaman Muhammad saw.
Ketiganya, menurut penulis memiliki hubungan yang hirarki yang
saling terkait. Kenapa penulis mengatakan Pendidikan Agama Islam lebih luas
cakupannya dibanding Pendidikan Islam? Jawabannya ada dalam kata “agama”. Bahwa
pendidikan agama Islam seharusnya tidak hanya membicarakan tentang agama Islam
saja, melainkan harus membicarakan juga agama-agama lain di luar Islam.
Misalnya, ketika berbicara tentang konsep
ketuhanan dalam Islam, maka perlu juga dibicarakan konsep ketuhanan
dalam agama-agama lain.
Kemudian, dalam hal membicarakan konsep manusia, maka disampaikan
pula konsep manusia ini - katakanlah terkait relasi jender - dalam agama di
luar Islam. Ini bukan berarti mengaburkan ajaran Islam dengan memasukkan pula
ajaran agama lain, tapi justru dengan begitulah akan nampak benar betapa
unggulnya Islam. Ini setidaknya sudah
penulis alami, bahwa justru dengan kita mau menengok ke dalam ajaran-ajaran
lain, kita akan semakin yakin bahwa agama inilah yang benar, tentu kebenaran
ini dalam konteks diri pribadi.
Kemudian, yang tak kalah pentingnya adalah dengan mengajarkan
agama-agama lain di bawah payung Pendidikan Agama Islam, akan menjadikan
peserta didik itu menjadi pribadi yang berkeagamaan inklusif, karena memang
bagaiman pun juga di balik perbedaan-perbedaan ajaran keagamaan, semua agama
tetap memiliki nilai-nilai Universal (kalimatun sawa’) yang justru lebih
banyak jika dibandingkan dengan perbedaan yang dimiliki antar agama.
Intinya, kata “agama” dalam Pendidikan Agama Islam, menurut penulis
adalah bukan sebagai pengkhususan terhadap materi yang diajarkan dalam
pendidikan itu hanya tentang agama Islam saja. Justru, dengan adanya kata
“agama” tersebut, menjadikan pendidikan yang hendak dilaksanakan itu harus
membahas semua agama. Adapun untuk kata “Islam” itu sendiri adalah sebagai
identitas bahwa Islamlah yang paling ditonjolkan di antara agama-agama lain,
dengan kata lain pendidikan ini harus menjadikan peserta didik itu semakin
dekat dengan Islam, dekat dalam arti semakin yakin untuk menjadikan Islam
sebagai agama yang harus dipeluk. Sementara itu, untuk pendidikan yang khusus
membahas agama Islam, penggunaan istilah yang tepat menurut penulis adalah
Pendidikan Keislaman, yakni pendidikan yang menjadikan agama Islam sebagai
objek yang dikaji. Jadi, Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berwarna
Islam, kemudian Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang menjadikan
agama-agama lain sebagai pijakan untuk mengetahui dan meyakini akan kebenaran
Islam. Sementara itu, Pendidikan Keislaman adalah pendidikan yang menjadikan
Islam sebagai objek kajiannnya. Wallaahu A’lam
Malang, 4 Maret
2016, 10.05 WIB
kita jadi tahu ya perbedaan Antara Pendidikan Islam, Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Keislaman.
ReplyDeleteagar lebih tahu lagi tentang keislaman mampir ke Muslimlife ID
semoga berkah