Menjaga Masa Laluku, Masa Kiniku, dan Masa Depanku
Suatu ketika, saya sedang berbincang-bincang tentang jodoh
dengan salah seorang teman. Bahwa tidak ada satu pun manusia yang tahu kapan ia
akan bertemu jodohnya, dan kapan pula ia akan melakukan ikatan janji suci
kepada jodoh yang telah Tuhan persiapkan. Bahkan, tidak ada yang tahu bahwa
ikatan janji suci itu apakah akan selamanya atau hanya sementara, dalam arti
akan kandas di tengah jalan. Itu berarti bahwa memang jodoh – seperti yang
telah dinasihatkan oleh para orangtua – adalah suatu misteri yang bukan maqam
nya kita sebagai manusia untuk mencoba memikirkan, apalagi mengaturnya.
Tapi, meskipun demikian, tidak ada salahnya bagi kita untuk
mencari sosok yang memang kita harapkan akan menjadi jodoh kita. Dan yang namanya
mencari sesuatu yang masih belum jelas, pastinya kita perlu menentukan criteria
yang bias kita jadikan ‘kompas’ dalam pencarian seseorang yang akan kita
jadikan pendamping hidup kita. Lantas teman saya itu bertanya, “kalau kriteriamu
gimana?” . mendapat pertanyaan itu, spontan saya menjawab, “dia harus bisa menjaga
masa laluku, masa kiniku, juga masa depanku”.
Dengan agak bingung, teman saya tadi bertanya lagi, “maksudnya
gimana?”. (Dalam beberapa detik, saya juga merasa bingung dengan jawaban yang
saya lontarkan tadi. Tapi setelah beberapa detik terpenjara dalam kebingungan,
akhirnya saya mendapatkan jawabannya). Akhirnya saya jelaskan, bahwa saya ingin
mencari seseorang yang mampu menjaga masa laluku. Siapakah itu masa laluku? Dia
adalah orang yang begitu berharga dalam hidupku, yang telah merawat, menjaga
dengan penuh kasih sayang dan cinta. Sosok yang begitu tegar, yang begitu
bijaksana, yang begitu lembut, yang selalu memberi yang terbaik untukku tanpa
pernah mengharap apapun dariku. Ya, ia adalah orangtuaku. Saya ingin berjodoh
dengan seseorang yang bisa memuliakan orangtuaku yang karenanyalah saya hadir
di dunia ini. Apakah kriteria yang pertama ini terlalu mengada-ada? Ah, saya
rasa tidak. Sudah berapa banyak yang dapat kita saksikan di sekitar kita,
menantu yang kurang ajar kepada mertuanya. Yang tidak sopan, yang meremehkan,
menghinakan dan sebagainya. Dan parahnya, terkadang si anaknya sendiri pun pada
akhirnya tidak hormat lagi pada orangtuanya gara-gara lebih percaya pada
pasangannya. Jadi, kriteria pertama adalah harus bisa menjaga ‘masa laluku’. Perlu
digaris bawahi bahwa penyebutan masa lalu di sini yang bermakna orangtua bukan
berarti menganggap orangtua kita sebagai sebuah masa lalu, melainkan sekedar penyebutan istilah.
Kemudian, kriteria yang kedua ialah dia harus bisa menjaga
masa kiniku. Artinya, dia bisa menjadi sosok yang selalu mendukung serta
menyemangati saya untuk melakukan yang terbaik di masa kini. Di saat saya
sedang jatuh, ia dengan tulus mengulurkan tangannya dan memotivasiku untuk
tetap melakukan yang terbaik. Yang selalu mengingatkanku di saat kesuksesan
telahku raih, bahwa semua ini adalah titipan, oleh karemna itu tetaplah menjadi
pribadi yang rendah hati. Pertanyaan yang sama, apakah kriteria kedua ini juga
mengada-ada? Ah, saya rasa tidak juga. Kan banyak
itu kita lihat istri yang menjadikan suaminya sapi perah, atau sebaliknya suami
yang tak sedikitpun menghargai si istri. Jadi, mencari pasangan yang mampu
menjaga masa kini kita itu penting, dalam arti yang dapat mendukung dan juga
menghargai kita. Menghargai sebagai pelengkap hidup kita.
Kriteria yang terakhir adalah yang mampu menjaga masa depan
saya. Maksudnya? Ya siapa lagi kalau bukan buah hati kita. Intinya, ia harus
mampu menjaga buah hati kita, mampu merawatnya dengan baik, mampu memberikan
pendidikan yang baik dan semuanya yang serba baik. Pertanyaan yang sama, apakah
ini terlalu mengada-ada? Lagi-lagi saya katakana, “aaaah, saya kira tidak”. Alasannya? Mungkin anda akan mendapatkan
jawabannya sendiri ketika anda mulai sedikit peka melihat fenomena di sekitar
kita terkait dengan kekerasan pada anak. Jadi itu, kriteria yang saya ajukan
untuk menjawab pertanyaan teman saya di atas. Semoga yang sedikit ini dapat
memberikan manfaat. Amiiiiiiin. []
0 Response to "Menjaga Masa Laluku, Masa Kiniku, dan Masa Depanku"
Post a Comment