Semut, Kucing dan Lalat
Beberapa
pertanyaan ingin saya ajukan untuk mengawali tulisan ini:
1. Apa
yang akan anda lakukan seandainya di dalam kamar kita ada sekawanan semut yang
sedang berpesta mengrubuti secuil kue yang sempat kita makan?
2. Apa
tindakan spontan yang anda lakukan ketika melihat ada kucing mengambil
satu-satunya ikan yang ada di atas meja, padahal ikan itu adalah satu-satunya
ikan yang tersisa untuk makan siang anda?
3. Apa
yang akan kita lakukan jika ada lalat yang begitu mengganggu tidur siang anda?
Jika
ada yang mengajukan pertanyaan itu pada saya, maka jawaban yang akan saya
berikan ialah:
1. Saya
akan mengambil sapu, kemudian menyapu semut-semut – yang dalam benak saya
adalah semut nakal – yang sudah merusak pemandangan serta memberikan kesan tak
menyenangkan dalam kamar saya. Jika dengan sapu saja tidak cukup, maka bisa
jadi saya akan menuangkan obat anti semut atau semacamnya yang memungkinkan
semut - minimal - tidak akan datang lagi atau bahkan membunuh
semut-semut itu.
2. Ada
kucing yang mengambil ikan satu-satunya yang saya punya? Yang akan saya lakukan
tergantung ada benda apa di sekitar saya saat itu yang bisa dengan cepat saya
raih untuk selanjutnya saya lemparkan pada kucing itu. Misal sandal, sapu, atau
benda-benda lainnya yang memungkinkan dan masih pantas untuk dilemparkan ke
kucing – yang menurut saya nakal itu. Atau minimal saya akan mengumpat dengan
tidak jelas terhadap kucing itu.
3. Mungkin
tidak jauh beda dengan pertanyaan pertama, minimal saya siap-siap pemukul lalat
atau kalau punya ya raket nyamuk yang akan saya gunakan untuk memberi pelajaran
lalat-lalat nakal tersebut, atau kalau punya obat anti lalat pastinya saya akan
menggunakan itu.
Meskipun
ketiga jawaban yang saya berikan itu bersifat pribadi, dalam arti pribadi
menurut saya. Tapi saya yakin apa yang saya utarakan terkait dengan apa yang
akan saya lakukan atas ketiga gangguan tersebut tidak jauh beda dengan apa yang
dilakukan oleh kebanyakan orang. Karena saya mengalami sendiri menyaksikan
beberapa orang yang dengan tanpa kompromi membasmi semut-semut yang mengerubuti
makanan yang ada. Beberapa alasan mungkin bisa kita pakai untuk membenarkan
tindakan kita itu, misal kita kecewa melihat makanan kita dijajah oleh koloni
semut-semut nakal itu. Ok, mungkin itu alasan kita kemudian menyingkirkan
koloni semut dengan berbagai cara. Tapi seandainya kita ubah obyek yang menjadi
jajahan semut, katakanlah bukan makanan yang kita sukai, melainkan bangkai
cicak atau serangga yang tak tahu dari mana asalnya ada di kamar kita. Kemudian
datanglah itu koloni semut yang mengerubuti bangkai itu. Apakah akan kita
biarkan?
Kemudian,
terkait dengan kucing. Sekarang coba kita bertanya pada diri kita. Apa yang
paling disukai kucing? Apakah rumput? Apakah buah-buahan? Apakah nasi goreng?
Nasi liwet? Meskipun ada beberapa kucing yang dikecualikan, tetap saja semua
orang tahu bahwa kucing sangat suka dengan yang namanya ikan, di samping juga
suka dengan tikus dan beberapa binatang kecil lainnya. Lantas apakah sebuah
kesalahan jika kemudian kucing itu mengambil ikan yang ada di meja yang kebetulan
luput dari pengawasan kita? Apakah sepantasnya kucing mendapat perlakuan kasar
kita – entah itu dipukul atau sekedar sumpah serapah kita – gara-gara mencuri
ikan kita.
Kemudian
lalat yang dengan begitu lincahnya menari-menari di sekitar kita dengan
sesekali hinggap di mata kita, hidung, pipi dan lainnya. Dengan serta merta
kita mengusirnya, bahkan jika masih tetap mengganggu, kita tak segan-segan membasminya.
Terkadang
saya berpikir, bahwa manusia adalah makhluk yang paling egois. Kenapa? Kita lihat
saja pada tiga pertanyaan dan tiga jawban di atas. Jika dipikir-pikir, apakah
salah semut jika dia mengambil makanan yang memang makanan itu adalah kesukaan
dia? Adapun jika makanan itu kebetulan ada di kamar kita, apakah salah semut
juga jika kemudian semut-semut itu merayap di sepanjang dinding dan lantai di
kamar kita? Bukankah itu salah kita yang membiarkan makanan berserakan atau tak
tertutup dengan benar. Jika saja kita bisa mendenngar bahasa semut, mungkin
kita bisa mendengar keluhan si semut atas ulah kesewenangan kita. Sama halnya
keluhan kita jika ada pihak yang mengganggu usaha kita yang sebenarnya adalah
hak kita. Misalnya, kita ada di sebuah pameran barang bekas yangmana kita
diperbolehkan mengambil barabg-barang bekas layak pakai itu secara Cuma-Cuma,
ketika kita sudah mendapatkan barang yang kita inginkan tiba-tiba ada orang
yang memukul kita dan mengambil barang yang telah kita pilih, padahal barang
itu sudah sangat anda sukai dan hanya ada satu. Perumpamaan itu memang lebih
kompleks dari kasus semut, karena memang sangat berbeda antara manusia dan
semut.
Ketika
saya menyadari akan hal ini, yaitu tentang sikap kita terhadap beberapa makhluk
yang kita anggap mengganggu ini, saya mencoba bersikap lebih fleksibel dan
lebih positive thinking dalam
menghadapinya. Seperti pada kasus semut yang tiba-tiba menjajah kamar saya
karena ada sisa makan yang saya makan, saya mencoba tidak serta mengusirnya. Saya
biarkan saja semut itu datang dengan koloninya, beberapa saat kemudian saya
dapati bahwa semut-semut itu sudah tidak ada, bahkan sisa-sisa makanan yang
tercecer pun juga lenyap tak berbekas. Semut yang awalnya saya anggap
pengganggu ternyata justru membantu kita membersihkan kamar saya. Indah bukan?
Yah,
itulah manusia. Terkadang prasangka burul kita jauh lebih cepat mendahului
logika serta hati nurani. Saya ingat salah satu pesan guru saya, bahwa untuk
mendapatkan dunia yang indah kita perlu memegang dua prinsip, pertama, jangan lakukan sesuatu yang
jika perlakuan itu ditujukan kepadakita, kita tidak suka. Misalnya, kita tidak
suka jika kita di caci maki, maka janganlah kita mencaci orang lain bahkan
ketilka orang itu pantas mendapat cacian, dan sebagainya. Kedua, selalu berprasangka baik pada siapapun, kepada keluarga
kita, tetangga kita, guru kita, dan kepada siapapun tak terkecuali
makhluk-makhluk ciptaan Tuhan selain manusia, sebut saja hewan-hewan dan
tumbuhan, bahkan kita juga perlu berpikir yang positif terhadap Tuhan Semesta
Alam yang sampai detik ini masih memberikan karunia terbaik-Nya pada kita.
Semoga
tulisan ini bisa menjadi pengingat bagi saya pribadi dan para pembaca agar
senantiasa berpikir positif terhadap apapun dan siapapun. ^_^
0 Response to "Semut, Kucing dan Lalat"
Post a Comment