Mukjizat Al-Qur'an: Kita Renungkan Bersama
Semua
orang Islam tahu bahwa Al-Qur’an adalah salah satu mu’jizat yang sangat agung,
yang Allah swt berikan kepada penutup para nabi, Muhammad saw. Tidak hanya
sekedar mu’jizat layaknya yang diperoleh oleh Nabi Ibrahim as. yang selamat
dari usaha pembakaran yang dilakukan oleh Namrut la’natullah, atau
mu’jizat yang diterima nabi Musa as. yang dapat membelah lautan, dan
mu’jizat-mu’jizat yang diterima oleh nabi-nabi lain yang bersifat sekali tempo. Dua contoh
mu’jizat yang saya sebutkan itu dan mu’jizat-mu’jizat nabi lainnya – bisa saya
katakan – kini hanya berupa kisah-kisah yang hanya bisa kita dengar atau kita
baca. Mengimani nabi-nabi Allah merupakan salah satu dari rukun iman yang ada,
termasuk mengimani mu’jizat-mu’jizat yang dimiliki para nabi-nabi Allah. Jadi,
jika seorang muslim berkata “Ah, mana bisa Laut Merah yang begitu luas bisa
terbelah hanya dengan sabetan tongkat”, atau “kulit saya terkena puntung
rokok saja melepuh, lantas bagaimana mungkin seseorang yang dibakar dengan api
yang begitu besarnya tidak terbakar?” akan diragukan keimanannya. Kenapa
demikian? Karena, pertama, orang tersebut jelas meragukan ke-Maha
Kuasa-an Allah swt. yang jangankan membelah lautan atau menjadikan seseorang
tidak terbakar dalam api, menciptakan laut yang begitu luas dengan kandungan di
dalamnya yang begitu indah dan menawan saja bisa, apalagi hanya membelahnya. Kedua,
bukankah iman itu percaya? Jika berkenaan dengan sesuatu yang diimani –
yang dalam hal ini adalah malaikat – saja ia meragukan, bagaimana bisa kemudian
disebut iman?
Tulisan
ini tidak akan membahas panjang lebar tentang mu’jizat. Poin tekannya adalah
tentang salah satu mu’jizat nabi Muhammad, yaitu al-Qur’an. Jika mu’jizat
nabi-nabi sebelumnya sudah tidak bisa kita saksikan lagi saat ini, seperti
terbelahnya Laut Merah, tidak terbakarnya nabi Ibrahim, atau bisa melihat
jenazah yang hidup lagi setelah dipukul dengan ekor sapi, dan lain sebagainya. Tapi
tidak dengan al-Qur’an yang meskipun sudah berusia 14 abad sejak diturunkannya
pertama kali di Jazirah Arab, keluarbiasaan serta keistimewaannya sangatlah
masih bisa kita rasakan sampai detik ini, bahkan sampai Hari Akhir pun akan
tetap terasa kemahadahsyatannya.
Apa
itu al-Qur’an? Berisi tentang apa? Apa keutamannya? Dan pertanyaan-pertanyaan
lainnya tentang al-Qur’an bisa kita temukan di internet dalam hitungan menit
saja. oleh karena itu, saya tidak akan membahas hal itu dalam tulisan ini. Saya
hanya teringat pada pesan seorang ibu yang menasihati anaknya yang teramat
nakal. Sang ibu (sebut saja Diana) sangat sedih melihat anak semata wayangnya
(sebut saja Irul) begitu nakal. Irul suka bohong, suka berkelahi, menjalihi
teman dan kenakalan-kenakalan lainnya. Selain nakal, di sekolah Irul termasuk
siswa yang selalu mendapat nilai rendah, termasuk juga Irul tidak bisa mengaji
al-Qur’an. Berbagai cara sudah dilakukan ibu Diana dengan harapan Irul tidak
nakal lagi. Apa saja informasi yang ia dapatkan selalu di coba, mulai dari
memasukkan Irul pada sekolah yang bonafit dengan biaya bulanan yang melebihi
biaya anak kuliah, hingga membayar para tentor handal yang tarifnya di atas
rata-rata. Hingga pada suatu hari, ibu bercerita pada saya, “lha ya mas,
harapan sayaterhadap itu sederhana, saya tidak ingin yang muluk-muluk, saya
tidak ingin Irul harus mendapat rangking di kelas, atau menjuarai kejuaraan ini
itu dan prestasi-prestasi lainnya. Saya itu hanya ingin dia (Irul) bisa membaca
al-Qur’an dengan baik dan tekun shalat. Urusan prestasi belajar itu kan uruisan
dunia yang semu mas, lha kalau shalat dan mengaji al-Qur’an itu kan urusan
akhirat yang bersifat kekal. Kalau Irul tidak bisa mengaji, lantas siapa nanti
yang akan mengirim doa pada saya ketika saya sudah meninggal. Lantas
pertanggungjawaban saya di hadapan Allah swt bagaimana? Saya gagal mendidik
anak saya menjadi orang yang rajin menjalankan perintah-Nya, termasuk shalat.”
Mendengar
perkataan ibu Diana, saya amat terenyuh. Andai saja semua orang tua seperti
ini, menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya sesuatu yang kekal, bukan
yang semu, yang bersifat ukhrawi, bukan duniawi, pasti dunia ini akan
dipenuhi berkah Allah dari langit dan juga bumi. Sayangnya saat ini sudah
banyak orangtua yang enggan memberikan pendidikan agama – termasuk dalam
membaca al-Qur’an – pada putra-putri mereka. Banyak yang galau jika melihat nilai
bahasa Inggris atau nilai matematika
putra-putri mereka mendapat jelek. Tapi tetap tenang dan bahkan tidak peduli
jika putra-putri mereka yang jangankan membaca al-Qur’an, kenal huruf hijaiyah
saya tidak. Di perkotaan kita akan mudah menemui tempat Bimbingan Belajar
(Bimbel) dipenuhi para siswa-siswi yang mengikuti les pelajaran-pelajaran yang
bersifat dunia. Tapi bagaimana dengan Tempat Pembelajaran Al-Qur’an (TPA)?
Apakah juga seramai Bimbel? Selain itu, banyak Lembaga Pendidikan yang
menawarkan jasa les mematok tarif yang mahal dan mungkin sampai di atas
kewajaran, dengan iming-iming janji berupa siapa saja yang les di tempat itu
akan mendapat nilai bagus ketika ujian. Dan anehnya, meskipun mahal, para
orangtua tetap rela merogoh uang yang banyak demi melihat nilai yang
membanggakan di dalam rapot buah hati
mereka. Bagaimana dengan biaya TPA? Waduh mas-mbak-pak-buk-pakde-bude, para
guru TPA itu melihat TPA-nya penuh saja sudah bahagia sekali. Tidak perlu gaji,
asal bisa melihat anak-anak bisa baca al-Qur’an sudah bahagia sekali. Uang satu
atau juta itu bisa habis, tapi kalau pahala mengajarkan al-Qur’an itu tidak
akan habis-habis. Para guru TPA rela meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
untuk mengajarkan putra-putri anda membaca al-Qur’an, cukup semangati serta
dukungannya saja itu sudah cukup. Para guru TPA hanya meminta kesediaannya
untuk mengatakan pada putra-putri bapak-ibu hanya beberapa kata saja, “Nak, ayo
TPA!”. Cukup! Itu saja.
Memang,
untuk saat ini akan terlalu dini untuk mengambil kesimpulan bahwa banyak
generasi muda yang beragama Islam yang tidak bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan
benar. Baik dalam tata krama membacanya dan benar dalam hukum-hukum bacaannya.
Kenapa? Karena di banyak tempat, pondok-pondok pesantren yang mengajarkan
bacaan al-Qur’an masih banyak dengan santri-santrinya yang banyak pula dan
masih banyak pula orang yang menganggap penting bisa membaca al-Qur’an dengan
baik dan benar, bukan untuk pamer tapi memang sadar betul bahwa al-Qur’an yang
hanya dengan membacanya saja dinilai ibadah itu bukanlah sembarang kitab yang
membacanya tanpa aturan, melainkan harus sesuai dengan kaidah hukum-hukum
bacaannya. Tapi, tidak menutup kemungkinan beberapa dekade ke depan “bisa
membaca al-Qur’an dengan baik dan benar” bukanlah hal yang penting lagi,
sehingga menemukan orang-orang yang fasih dalam membaca al-Qur’an akan semakin
sulit.
Perlu
direnungkan bersama! Bukankah nabi Muhammad pernah bersabda bahwa jika kita
membaca al-Qur’an, satu hurufnya dinilai sama seperti sepuluh kebaikan? Meskipun
tidak sepatutnya kita menghitung-hitung pahala, hanya saja kita perlu
memikirkan sejenak apa yang telah dijanjikan Allah melalui Rasul-Nya itu. Kita
baca basmalah dalam al-fatihah saja sudah berapa kebiakan yang kita perbuat?
Apakah dalam tempo yang sama ketika membaca basmalah itu kita bisa berbuat
kebaian yang sama? Jika tidak, bukankah merupakan hal yang sangat rugi jika
kita, anak-anak kita, cucu-cucu kita, saudara-saudara kita tidak bisa membaca
al-Qur’an? Ibarat ada ratusn gunung emas di depan kita, tapi kita malah
mengabaikannya.
Semoga
yang sedikit ini bisa memberi manfaat, khususnya bagi saya sendiri, dan umumnya
bagi semua yang membaca tulisan ini. selain itu, tulisan ini juga saya
maksudkan sebagai sarana saling mengingatkan bahwa al-Qur’an adalah mu’jizat
yang agung, dengan rutin membacanya saja kita bisa mendapat segala kebaikan.
Jadi, jangan terlalu dipikirkan jika ada yang mengatakan bahwa “apa gunanya
mengkhatamkan al-Qur’an berkali-kali jika tidak tahu maksudnya”. Jangan salah,
bahwa memahami al-Qur’an bukan berarti harus tahu semua arti-artinya. Kita
cukup yakin saja, bahwa ketika kita membaca al-Qur’an, kita sedang
bercakap-cakap dengan Allah. Selain itu, kita juga yakin bahwa Allah punya
bermacam-macam cara untuk menjadikan hamba-Nya dapat memahami al-Qur’an,
meskipun tidak pernah tahu arti dari al-Qur’an itu sendiri. Wallaahu A’lam. []
0 Response to "Mukjizat Al-Qur'an: Kita Renungkan Bersama"
Post a Comment