Biogas Kotoran Manusia?
Suatu hari, penulis mendengarkan pengajian yang disiarkan oleh
salah satu radio. Dalam pengajian itu, seorang kiai mengungkapkan bahwa yang
menjadikan manusia mulia itu adalah bagian perut ke atas. Sedangkan perut ke
bawah, menurutnya lebih mulia hewan. Kiai tersebut memberi contoh yang
sederhana, misalnya pak kiai mempunyai kambing jantan. Suatu hari, kambing itu
lepas dan berkeliaran, dan ternyata kambing jantan itu mendatangi rumah
tetangga pak kiai yang punya kambing betina. Ketika “mas kambing” melihat “mbak
kambing” yang aduhai itu, maka terjadilah perkawinan di antara mereka berdua. Tenggang
beberapa minggu, ternyata “mbak kambing” hamil. Dan kehamilan itu pun membawa
kebahagiaan yang amat bagi “mbak kambing” dan tentunya walinya (pemilik). Wali “mbak
kambing” juga tahu bahwa “bapak” dari anak yang di kandung “mbak kambing” itu
adalah “mas kambing” kepunyaan kiaidan ini menambah kebahagianya sebagai wali “mbak
kambing”, karena dengan begitu ia mendapat berkah dari kiai melalui kambingnya.
Nah, coba bayangkan jika itu terjadi pada manusia. Katakanlah anak
pak kiai tadi main ke tempat seorang anak cewek yang menjadi tetangganya. Setelah
beberapa kali datang, tiba-tiba anak cewek tadi hamil (tentu di luar
pernikahan). Apakah orangtua si cewek akan bahagia ketika anaknya hamil dan
yang menghamilinya adalah anaknya kiai yang sangat dihormati? Tentu tidak,
bahkan sebaliknya.
Dua perumpamaan di atas setidaknya menunjukkan betapa manusia –
khususnya bagian perut ke bawah – itu jika di banding dengan hewan lebih mulia
hewan. Meskipun penilaian ini agak terkesan ngawur, tapi memang tidak bisa dipungkiri
jika memang demikian faktanya. Karena yang menjadikan manusia mulia adalah
bagian tubuh bagian perut ke atas, bukan perut ke bawah. Bukankah hati itu ada
di atas perut? Otak pun demikian.
Terkait dengan ini, penulis juga – beberapa hari yang lalu – baru
menyadari, ternyata kotoran yang dikeluarkan hewan itu lebih berguna dari pada
kotoran manusia. Lihat saja, kotoran ternak seperti sapi, kerbau, kambing dan
lainnya bisa digunakan pupuk kompos. Bahkan dalam fiqih, khususnya pada bab menyamak
kulit bangkai itu salah satunya dengan menggunakan kotoran burung dara. Lantas
bagaimana dengan manusia? Setahu saya, tidak ada itu pupuk dari kotoran
manusia. Entah karena manusia jijik menggunakannya, atau karena memang kurang
bermutu – jika enggan mengatakan – tidak bermutu – dibanding kotoran hewan. Tapi
yang pasti sampai saat ini belum pernah penulis temukan pupuk dari kotoran
manusia.
Terkait dengan pupuk organik ini, beberapa bulan yang lalu penulis
sedikit banyak mengetahui tentang bagaimana membuat dan menggunakan pupuk
organik ini untuk menyuburkan tanah melalui program pertanian yang penulis dan
beberapa teman adakan. Pupuk itu berasal
dari kotoran kerbau yang didiamkan beberapa hari hingga unsur panasnya itu
hilang (lebih lengkapnya silahkan cari di google). Selain berguna untuk kompos,
kotoran-kotoran ternak itu juga bisa dibuat untuk Biogas yang tentunya melalui
beberapa tahapan pengolahan.
Biogas ini secara garis besar adalah pemanfaatan gas yang keluar
dari kotoran-kotoran hewan yang ditampung dalam wadah yang sedemikian rapat. Wadah
itu juga dilengkapi pipa masuk dan keluar. Pipa masuk adalah untuk memasukkan
kotoran, dan yang keluar untuk mengeluarkan kotoran. Di bagian atas wadah itu
ada sebuah pipa, yang melalui pipa inilah gas yang keluar dari kotoran itu
disalurkan dalam wadah penyaring (biasanya terbuat dari plastik) sebelum
akhirnya di sambungkan pada kompor. Nah, pertanyaan sekarang, apakah kotoran
manusia bisa dibuat untuk Biogas? Lagi-lagi penulis katakan, bahwa sampai
tulisan ini dibuat, belum pernah sekalipun penulis temukan Biogas berbahan
dasar kotoran manusia. Dan lagi-lagi pertanyaannya sama dengan yang di atas,
bahwa tidak adanya itu apa karena manusia itu jijik atau karena memang tidak
bisa?
Padahal, jika kita amati saluran-saluran WC yang ada pada umumnya
mempunyai kesamaan dengan penampung kotoran hewani untuk Biogas. Bukankah septictank
itu pasti tertutup rapat dan – biasanya – ada pipa kecil untuk udara? Nampaknya
memang kotoran manusia itu adalah kotoran yang paling kotor diantara kotoran
yang ada di muka bumi dan paling tidak berguna. Karena kalau berguna, pasti
sudah ada Biogas kotoran manusia. Dan kita bisa bayangkan jika itu memang bisa,
bukankah ini akan menjadi bahan bakar alternatif yang
sangat-sangat-sangat-sangat dan sangat luar biasa. Karena memang semua manusia
yang ada pasti membuang kotoran. Kita tidak perlu lagi dipusingkan dengan
kenaikan BBM seperti sekarang ini.
Inti dari tulisan ini bukanlah bermaksud menjelek-jelekkan atau
membanding-bandingkan ras manusia dengan ras hewani. Karena bagaimana pun juga,
penulis sampai saat ini juga masih bagian dari manusia, di samping fakta bahwa
baik manusia atau hewan itu juga sama-sama diciptakan oleh Tuhan. Tulisan ini
hanya penulis sajikan sebagai refleksi dari apa yang penulis dapatkan dari
radio, kemudian pengalaman pribadi penulis dan tentunya realita yang ada di
lingkungan sekitar. Bahwa manusia yang telah diciptakan Tuhan sebagai makhluk
yang mulia tidak bisa menyombongkan diri atau menganggap remeh pada makhluk
yang lainnya. Bukan berarti karena manusia mulia, kemudian boleh berlaku
seenaknya pada hewan dengan merampas haknya, menyiksa, menyakiti, dan tindakan
keji lainnya. Karena, jika melihat fakta yang telah tersaji di atas, bahwa ada
saat di mana manusia harus mau mengakui bahwa betapa mulia mahkluk selain
manusia yang juga ciptaan Tuhan.
Lebih dari itu, apakah kita pernah berpikir bahwa hewan-hewan itu
rela berkorban demi manusia. Ia rela disembelih, dikuliti, dibakar, digoreng
dan bahkan di cincang yang itu semua berakhir di dalam perut manusia. Bagaimanakah
jika hal itu berbalik pada kita, yakni kita disembelih kemudian dijadikan
santapan hewan. Apakah kita bisa? Atau setidaknya bisa menyaksikan teman,
saudara atau keluarga kita diperlakukan demikian?
Disembelih, dicincang, dipanggang, digoreng dan kemudian dimakan oleh hewan. Relakah
kita?
Coba kita bertanya pada diri kita masing-masing. sudah berapa puluh
ribu semut yang kita bunuh selama kita hidup? Sudah berapa ratus ribu nyamuk
yang telah kita buat yatim-piatu karena orangtua mereka kita bunuh? Sudah berapa
ribu liter darah ayam, kambing, sapi dan sebagainya yang telah manusia alirkan
demi memenuhi perut kita?
Tuhan itu Maha Penyayang, dan semoga kita sebagai makhluknya juga
bisa menjadi hamba yang penyayang, kepada Tuhan, sesama, dan semua makhluk
hidup. Karena kita tidak akan tahu jika ternyata perlakuan kita terhadap
makhluk lainnya bisa menentukan kita sebagai penghuni surga atau mungkin
neraka. Wallaahu A’lam
0 Response to "Biogas Kotoran Manusia?"
Post a Comment