Bumi berkata: Naikkan harga BBM
Lagi-lagi pemerintah menaikkan BBM, dan
lagi-lagi protes yang selalu sama dari beberapa kalangan – seolah – menjadi pemandu
sorak (chearleaders) dalam kebijakan ini. Yang di Senayan berebut tempat
di media untuk menampilkan “ini lho saya” yang menolak kenaikan BBM yang akan
menyengsarakan rakyat miskin. Kemudian, yang sedang duduk di bangku kuliah –
alias mahasiswa melakukan turun aksi menolak kenaikan BBM dengn mengusung
spanduk-spanduk atau apalah yang bertuliskan penolakan kenaikan BBM. Bagi rakyat
kecil yang ada di desa-desa, hanya bisa pasrah dengan keadaan, tanpa ada
tindakan yang menjurus pada penolakan kenaikan BBM. Semuanya itu selalu
berulang lagi, lagi dan lagi dalam tiap drama kenaikan BBM.
Semua itu bukannya buruk, tapi juga agak
sulit dikatakan baik. Tidak buruk karena memang ada niatan yang baik, yaitu
menolak kenaikan BBM yang diasumsikan akan membuat rakyat semakin menderita. Dan
tidak baik karena – seperti yang telah disebutkan di atas – respon yang selalu
sama, sama dan sama, di samping sifatnya yang spontan, artinya begitu ada isu
langsung naik ke permukaan, tapi begitu sudah reda kembali seperti semula,
tanpa ada tindak lanjut.
Beberapa tahun yang lalu saat pemerintah akan
menaikkan BBM, respon yang diberikan masyarakat juga sama, sama persis dengan
yang terjadi saat ini. Pada akhirnya, BBM pun tetap saja dinaikkan, dan setelah
itu kehidupan masyarakat juga berjalan seperti apa adanya. Jalanan tetap saja
macet, tingkat perekonomian juga stagnan, meskipun memang tidak bisa dipungkiri
bahwa kenaikan BBM mempengaruhi harga sembako dan lain-lain. Artinya apa? kenaikan
BBM sebenarnya adalah halnya wajar. Bangsa kita saat ini – kalau boleh saya menilai
– selalu terjebak pada persoalan – semoga tidak salah sebut - teknis-accidental.
Seperti kenaikan BBM ini, ketika rencana kenaikan dihembuskan, maka berbagai
pihak menolak dengan alasan kenaikan BMM akan memberatkan rakyat kecil. Tapi ending
nya tetap saja harga BBM naik. Jadi, kenaikan BBM ini layaknya sebuah drama
yang selalu diulang-ulang, meski dengan tampilan yang berbeda.
Jika dipikir kembali, tentunya pemerintah tidak
akan semena-mena mengambil sebuah keputusan, apalagi yang menyangkut kepentingan
semua warga Negara, termasuk kenaikan BBM. Penulis meyakini di balik kebijakan
yang diambil itu ada suatu kebajikan di dalamnya. Sayangnya, banyak diantara
kita yang selalu melihat sesuatu secara parsial, dan diperparah dengan sikap negative
thinking (NT) yang luar biasa tinggi. Bukankah sesuatu yang baik
akan selalu terlihat buruk jika NT telah bersemayam dalam diri kita? Kenapa
kita tidak mencoba untuk positive thinking (PT) saja dalam menghadapi
kenaikan BBM ini. Jika NT yang dikedepankan, maka akan ada pertanyaan “kenapa
pemerintah menaikkan harga BBM yang akan menyengsarakan rakyat”. Berbeda ketika
kita menggunakan PT, maka kita mungkin akan mengatakan “O... mungkin ini adalah
cara bumi berkomunikasi dengan kita untuk tidak menyakitinya lebih dalam lagi”.
Karena logikanya seperti ini, jika BBM murah, maka kendaraan akan semakin
banyak. Padahal semua kendaraan mengeluarkan asap yang akan mencemari lingkungan.
Selain itu, kemacetan juga semakin meningkat dari waktu ke waktu. Bukankah
dengan harga BBM yang tinggi bisa dijadikan sebagai program “Go Green”
yang menjadi tren saat ini untuk mengurangi polusi udara.
0 Response to "Bumi berkata: Naikkan harga BBM"
Post a Comment