Memusuhi Media sampai Membela Tuhan


Kalau sekarang ladang maksiat semakin meluas, bukan berarti kita menutup diri, bukan berarti kita anti dengan dunia luar.
Kalau pornografi semakin merajai media-media, Bukan berarti kita lantas tidak mau berinteraksi dengan media.
Kalau televisi kini selalu menyajikan pornografi, maka g'usahlah kita membuang televisi yang sudah pasti itu televisi dibeli dengan uang.
Kalau akses situs porno diinternet semakin mudah, bukan berarti internet menjadi sesuatu yang diharamkan (kalau internet memang diqiyaskan dengan KHOMER, yang dlam al-Qur'an dijelaskan bahwa manfaat dengan madlaratnya lebih banyak madharatnya). Karena tidak menutup kemungkinan bakal ada fatwa haram Internet. Hahahaha,,yang benar saja?
Begitu pun media cetak, gambar-gambar yang berbau pornografipun sudah menjadi menu pokok yang tiap hari dihidangkan kepada masyarakat luas. Lantas, apakah kita - sekali lagi - mengharamkan media. Tentu tidak, dan meskipun iya, kita tentu akan menjadi orang yang kuper (kurang pergaulan).
Ladang maksiat memang semakin luas, tapi bukan berarti ladang kebaikan semakin menyusut. Dimana-mana, yang namanya kebaikan itu selalu ada. Tapi ada hal yang sangat berbahaya, yakni hal yang kelihatannya merupakan kebaikan, tapi ternyata itu adalah perbuatan dzalim.
Kalau orang yang bejat kelihatan bejat, itu sih masih bisa diperbaiki. Tapi, kalau orang yang kelihatan baik, tapi hatinya busuk. Wah, ini sulit buat diperbaiki, lha bagaimana mungkin diperbaiki? Kelihatannya saja baik.
Sebagian orang mengatakan bahwa mereka membela Tuhan dan Rasulnya. What? Gak salah tuh? Meminjam istilah gusDUR - yang juga menjadi judul buku beliau - "Tuhan tak perlu dibela". Bagaimana mungkin dengan PeDe-nya mereka mengatakan membela Tuhan, tapi tingkah lakunya tak mencerminkan seorang pembela Tuhan, perilakunya justru mempermalukan Tuhan.
Mungkin kita semua sudah tahu bahwa Tuhan itu tak membutuhkan ibadah kita, andaikata seisi bumi ini ateis semua, Tuhan tak akan sedih, Tuhan tak akan menangis dan yang pasti Tuhan akan tetap tersenyum dan Tuhan tetap yang Maha Agung.
Jadi, rasa-rasanya terlalu naif jika ada yang bilang - dengan PeDe-nya - ingin membela Tuhan.
Semoga kita terhindar dari type hamba yang hanya kelihatan baik di luarnya saja, namun dalamnya begitu busuk.
Na'uudzubillaahimin dzaalik....
Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah, wafil aakhirati hasanatan waqinaa 'adzaabannaar...aamiiiiiin....

0 Response to "Memusuhi Media sampai Membela Tuhan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel