Jilbab: Identitas atau Sarana?
Suatu hari ada teman (sebut saja Rio) yang bertanya pada saya,
apakah saya lebih suka wanita yang berjilbab atau yang tidak mengenakan jilbab?
Iseng-iseng saya jawab kalau saya lebih suka wanita yang tidak berjilbab dengan
alasan bahwa jilbab itu menambah keanggunan seorang wanita dua kali lipat
dibanding ketika tanpa jilbab. Kontan saja Rio kaget dan tidak menyatakan
ketidak setujuannya atas jawaban serta alasan yang saya berikan. Lantas saya
tanya balik kepadanya, apakah ada yang salah dengan jawaban saya? Dalam diam,
kami pun berpikir atas apa yang ada dalam pikiran kami masing-masing.
Dari yang saya ketahui, bahwa jilbab adalah penutup kepala yang
sering digunakan oleh para wanita (Muslimah) sebagai sarana penutup aurat layaknya
pakaian. Meskipun demikian, tidak semua wanita muslim memakai jilbab, dan – di
beberapa tempat – tidak semua yang memakai jilbab adalah Muslimah, karena ada
juga wanita non-Islam yang juga memakai jilbab, misal para Biarawati yang ada
di gereja-gereja, semuanya menggunakan jilbab. Nah, jika demikian, apakah bisa
saya katakan bahwa jilbab saat ini bukanlah menjadi identitas Muslimah lagi?
Masih berkaitan dengan jilbab para Muslimah. Dari pengamatan saya, jilbab-jilbab
para wanita muslimah memiliki variasi yang sangat banyak, mulai dari model
jilbab, hingga pada warnanya yang terkadang begitu terlihat mencolok. Ada jilbab
yang sangat besar dan lebar yang ketika dipakai hampir menutupi semua badan,
ada juga jilbab yang sebatas sampai pundak, dan diantara keduanya ada juga
jilbab yang menjuntai sampai setengah badan. Selain itu, ada jilbab yang
benar-benar menutup dengan rapat, ada juga yang masih terawang sehingga
samar-samar masih terlihat ramput dari si pemakai jilbab, dan ada juga jilbab
yang hanya di sampirke di kepala. Untuk yang terakhir saya sebutkan
mungkin ada yang komplain jika itu bukan jilbab, tapi kerudung. Nah lho, kalau
begitu, apa bedanya kerudung dengan jilbab? Kalau pertanyaannya dilanjutkan,
lebih Islami mana antara kerudung dengan jilbab? Dari pada tulisan ini berputar-putar
tidak jelas di sekitar jilbab dan kerudung, maka dalam tulisan ini saya anggap
sama antara jilbab dan kerudung.
Melanjutkan pertanyaan saya yang terakhir, apa benar jika jilbab
itu menunjukkan bahwa si pemakai adalah muslimah sejati? Lantas apa yang tidak
memakai jilbab tidak bisa dikatakan muslimah sejati? Jika ada yang mengatakan
bahwa jilbab adalah identitas muslimah sejati, maka saya kurang sependapat. Tapi,
jika ada jilbab itu merupakan sarana untuk menjadi muslimah sejati, dan –
sekali lagi – bukan identitas, maka saya sependapat dengan itu. Apa pasal? Karena
jika jilbab itu dianggap sebagai identitas muslimah sejati, maka untuk menjadi
muslimah sejati bukanlah hal yang sulit, tinggal datang ke toko busana muslim kemudian
membeli jilbab dan dipakai, maka saat itu juga telah resmi menjadi muslimah
sejati. Berbeda ketika paradigma jilbab itu dijadikan sebagai sarana, yang
mengantarkan seorang wanita muslim menjadi muslimah sejati. Dan karena itu
adalah sarana, maka tidak bisa bagi kita untuk memandang remeh wanita hanya
karena wanita itu tidak memakai jilbab. Sederhananya, saya dengan anda sama-sama
hendak pergi ke Jogja dimana saya mengendarai mobil, dan anda jalan kaki.
Apakah karena anda tidak menggunakan kendaraan sebagai sarana untuk pergi ke
Jogja lantas menjadikan saya boleh memandang rendah anda? Tentu tidak! Begitu pun
dengan jilbab, kalau memang itu adalah sebagai sarana, maka tidak bisa dijadikan
suatu pijakan atas kualitas keimanan seseorang. Toh, di media-media
bukan lagi menjadi hal yang sulit menemukan para koruptor memakai jilbab.
Dari kesemuanya itu, bukan berarti saya tipikal orang yang menolak
atau membenci wanita berjilbab. Tulisan saya ini hanya sekedar sharing atas
apa yang saya rasakan tentang fenomena jilbab di kalangan para wanita.[]
Berarti yang terpenting bukanlah 'saat ini perempuan itu berjilbab atau tidak', ya? Tapi adakah niat seseorang untuk menjadi lebih baik di kemudian hari, terutama dalam masalah agama dan ibadah, salah satunya itu tadi berhijab.
ReplyDeleteContoh kasus merokok, kadang ada mereka yang sangat anti perokok. Padahal yang saat ini merokok, suatu saat bisa saja berhenti merokok. Sebaliknya yang sekarang tidak merokok, bukan mustahil berpeluang menjadi perokok kelas berat.
Yupz,seperti itulah kurang lebihnya,Karena bagaimana pun juga, semua yang ada di dunia ini pada dasarnya hanya lah sarana mendekatkan diri pada Sang Khaliq.
Delete