Kucing yang Malang


Kucing yang nampaknya jantan itu berwarna orange dengan loreng-loreng yang menambah keelokan tubuhnya. Ekor yang panjang yang berkibas-kibas menambah keanggunannya. Penulis memperkirakan kucing tersebut berumur sekitar satu tahun. Dari postur tubuhnya nampak terlihat kucing tersebut sedang dalam masa pertumbuhan. Kalau manusia biasanya dikenal dengan ABG (Anak Baru Gede), maka kucing tersebut  dalam dunia kucing mungkin dikenal dengan KBG (Kucing Baru Gede). Ibarat manusia yang baru beranjak “gede”, masa depan kucing itu pastinya sangatlah cerah. Bisa jadi ia akan menjadi penguasa di daerah itu, penguasa dalam dunia kucing tentunya.
Tapi, masa depan yang cerah itu hilang seketika pada malam Jum’at (31/01/2013)  sekitar pukul 20.00 WIB. Saat itu, si kucing hendak menyeberang jalan (dari barat ke timur) dengan berlari. Tiba-tiba dari arah selatan, melaju sebuah mobil dengan kecepatan cukup tinggi melaju dari selatan. Sepersekian detik ban depan bagian kiri mobil itu tepat melindas kepala si kucing.  “kraaaak”, hanya itu suara yang terdengar. Tidak ada suara raungan kesakitan, tak ada pula suara jeritan dari si kucing. Tidak ada kerumunan kucing lainnya layaknya manusia-manusia yang berkerumun ketika ada seseorang yang mengalami kecelakaan. Tidak ada ambulance, tak ada upaya P3K dan sejenisnya. Yang terlihat hanya darah segar yang berceceran di atas aspal di samping jasad kucing yang sekarat meregang nyawa. Tragisnya, mobil yang menabraknya tetap melaju dengan kencang.
Penulis melihat dengan mata kepala sendiri, betapa menderitanya si kucing ketika sekarat. Andai bisa memutar kembali waktu beberapa detik saja, penulis ingin menghentikan mobil yang menabrak kucing itu, atau setidaknya menghentikan si kucing agar tidak menyeberang. Tapi, tentun itu tidak mungkin. Malam itu memang kehidupan si kucing ditakdirkan berakhir.
Para pembaca tentunya sering melihat di jalanan ada bangkai binatang dari korban kecelakaan, entah itu tikus, katak, atau lainnya. Bahkan penulis pernah melintas di jalanan yang terdapat bangkai kucing yang cukup besar sudah “gepeng” dan mengering. Pertanyaannya, siapa pelaku tabrak lari tersebut? Apakah tikus yang menabrak tikus? Apakah katak yang menabrak katak? Apakah katak menabrak katak?
Ketika si tikus, si kucing, si katak, dan lainnya sedang mencari sesuatu, entah itu makanan, pasangan, anak yang mencari induk, atai induk yang mencari anak tiba-tiba di tengah jalan disambar oleh kendaraan yang ditumpangi manusia. Ironisnya, terkadang ada manusia yang berkomentar “salah siap nyebrangnya mendadak”. Apa para hewan malang itu harus tengok kanan-kiri dulu sebelum menyeberang? Pernahkah kita mencoba membayangkan, andai saja kita berada di posisi hewan yang malang itu. Kita sedang mencari makan, tiba-tiba ada yang menbarak kita, dan kita seketika itu meninggal dunia dengan jasad yang tak bernyawa dibiarkan tergeletak di jalanan. Atau, yang mengalami kecelakaan itu adalah orangtua kita yang sedang mencari nafkah untuk kita. Setelah lama menunggu, orangtua kita tak kunjung datang, padahal kita sudah menunggunya begitu lama. Atau yang mengalami kecelakaan itu adalah pasangan kita yang mengajak kencan. Mereka yang kita tunggu akhirnya tak pernah datang jua.
Kucing orange di atas pun demikian, bisajadi si kucing menyeberang jalan karena hendak bertenu dengan kekasihnya, atau menemui orangtuanya, atau ia melihat seekor tikus yang menjadi menu makan malamnya berada di seberang jalan sehingga memaksa si kucing untuk menyeberang. Saat hendak menemui hajatnya, tiba-tiba ajal menjemputnya dengan tragis. Tanpa kata-kata, kucing itu tidak dapat menepati janjinya pada kekasih atau orangtua, atau harus melupakan santap malam dengan menu seeokr tikus yang ada di seberang.[]

0 Response to "Kucing yang Malang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel