Ibarat Lomba Lari
Ibarat
lomba lari, setiap manusia adalah atlit-atlit lari yang mempunyai tujuan akhir
berupa garis finish yang dalam kehidupan adalah kesuksesan baik di dunia
atau akhirat. Akan tetapi, berbeda dengan lomba lari pada umumnya, lomba lari
kali ini tidak semua atlit memulai perlombaan dari garis start yang
sama. Ada yang memulai dari yang paling jauh, dan juga ada yang sangat dekat
dengan garis finish. Menurut logika, tentunya yang memulai start dari
garis tterdekat dengan finish akan keluar sebagai juara, tapi itu tidak
berlaku dalam perlombaan ini.
Ada
manusia yang terlahir di lingkungan keluarga yang secara ekonomi sangat rendah,
rendah, ada pula yang ekonomi sedang, tinggi dan tinggi sekali. Inilah yang
kami sebut dengan permulaan start start yang berbeda. Jika kesuksesan
atau garis finish yang dimaksud adalah kesuksesan dunia, maka bisa
dipastikan yang terlahir dari keluarga dengan ekonomi yang tinggi sekali akan
muncul sebagai juara. Tapi, jika finish-nya adalah sa’aadatud
daaraini (bahagia dunia akhirat), semuanya berkesempatan menjadi juara.
Yang
terlahir dari keluarga ekonomi tinggi tentu mempunyai masa depan yang sangat
cerah. Jaminan pendidikan dengan fasilitas yang lengkap (meskipun dengan biaya
tinggi), jaminan kesehatan, jaminan pangan yang selalu bergizi, dan lain
sebagainya sangatlah menjamin masa depan si anak tersebut. Anak itu hanya
mempunyai tugas membangun masa depannya tanpa harus mempikirkan biaya.
Hal
ini tentu berbeda dengan anak yang terlahir dari ekonomi yang rendah. Boro-boro
jaminan pendidikan dan kesehatan, hari ini bisa makan saja sudah untung.
Tidak ada gambaran masa depan yang cerah, yang ada hanyalah bagaimana caranya
agar besok bisa mengisi perut. Inilah atlit yang harus memulai perlombaan dari
garis start yang paling jauh dari finish.
Jika
secara logika orang yang memulai start lebih dekat dengan garis finish tentunya
akan keluar sebagai pemenang. Tapi itu kan perlombaan yang diadakan oleh
manusia dengan tata cara yang dibuat oleh manusia dengan juri manusia juga,
sedangkan dalam kehidupan ini yang menentukan
menang atau kalah adalah Allah SWT. Seseorang yang dari kecil telah
dibekali dengan kekayaan materi yang melimpah, kehidupan yang serba ada bisa
jadi tidak keluar sebagai pemenang, yakni mendapat kebahagiaan dunia akhirat.
Begitu pun sebaliknya, seseorang yang dari kecil serba kekurangan tidak menutup
kemungkinan akan keluar menjadi pemenang jika ia memang berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk meraih kesuksesan dunia akhirat.
Tentu
kita pernah mendengar istilah “Dunia ini ibarat roda yang terus berputar”. Semisal – katakanlah – ketika kita
terlahir – kebetulan – berada di roda bagian bawah, maka tidak menutup
kemungkinan kita akan berakhir pada posisi roda di atas. Bisa juga ketika lahir
berada di bagian atas, tidak menutup kemungkinan di akhir hayatnya berada di
roda bagian bawah. Meskipun demikian, pengibaratan tersebut bukan berarti
menjadikan kita hanya menjadi manusia yang menerima apa adanya keadaan yang
kita terima.
Kesimpulannya
adalah dunia ini bukanlah alam yang berlaku ketentuan umum yang statis. Dunia
ini tidak selamanya mempertemukan si cantik dengan si tampan dalam ikatan
pernikahan, tidak selamanya si kaya
bersanding dengan si kaya, si putih dengan si hitam, dan yang pasti seseorang
yang terlahir dalam keadan di bawah (kurang mampu) tidak selamanya akan
berakhir dalam keadaan yang sama. Begitu pun bagi yang terlahir di atas
singgasana emas tak selamanya akan berakhir dalam pusara bertabur emas. Bukankah begitu? Wallaahu A’lam. []
0 Response to "Ibarat Lomba Lari"
Post a Comment