180 Derajat
Suatu ketika saat
perjalanan di dalam bus dari Solo ke Semarang saya duduk bersebelahan dengan
seorang wanita yang saya perkirakan masih seumuran. Berkali-kali saya mencuri
pandang, dan menurut penilaian pribadi saya wanita itu mempunyai paras yang manis
dan cantik di tambah dengan body yang juga bagus, kalau diangkakan dapat nilai
90. ^_^ . Awalnya hanya ingin curi pandang sekali, tapi kemudian dua kali, tiga
kali, dan entah berapa kali akhirnya saya curi-curi pandang pada wanita yang
ada di sebelah saya itu.
Akan tetapi, dengan
tiba-tiba dan tanpa terduga, wanita yang ada di samping saya itu menguap dengan
begitu lebarnya, dan parahnya lagi ketika menguap ia tak ada usaha untuk
menutupinya entah dengan tangan atau apa saja yang bisa di gunakan. Praktis,
saya seakan-akan melihat kuda nil – cantik – yang sedang membuka rahangnya
lebar-lebar. Setelah kejadian itu, saya tidak lagi mencuri-curi pandang lagi
terhadap wanita itu.
Kemudian, di hari yang
lain. Saya bertemu dengan seorang wanita yang berparas manis dan cantik pula. Tapi,
jika saja boleh membandingkan dengan yang di us, maka tetap menang yang di bus.
Tapi itu hanya sekedar penilaian kasat mata yang subjektif saja. Beberapa saat kemudian, saya tahu jika wanita
ini adalah seorang relawan yang mengabdikan dirinya pada sebuah perkumpulan
tuna netra yang ada di daerah Solo. Dia dengan telaten membantu para penyandang
tuna netra. Seketika itu, nampak terpancar dari raut wajah wanita tersebut
seperti cahaya yang menambah anggun serta cantik, bahkan wanita yang ada di bus
pun kalah telak.
Dari dua kejadian di
atas, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa
memang benar jika kecantikan hati jauh lebih berharga daripada sekedar
cantik di luar. Selain itu, tidak menutup kemungkinan bahwa sesuatu yang kecil
akan merubah pandangan orang tentang diri kita. Semisal wanita yang ada di bus
tersebut. Mungkin baginya menguap dengan bebas itu adalah hal yang kecil, tapi
mungkin dia lupa bahwa di sampingnya ada seorang pengagum rahasia yang tak
lebih dari satu jam berubah 180 derajat, tapi bukan dalam arti pembenci
rahasia. Minimal menjadi ilfeel. Yah,
meskipun ilfeel atau tidaknya saya itu
tidak berpengaruh padanya, paling tidak saya disadarkan kembali bahwa hal-hal
kecil itu bisa menjadikan orang yang kita suka menjadi kita benci atau
sebaliknya.
0 Response to "180 Derajat"
Post a Comment