Ketika CINTA Bertanya?
“Aku cinta sama kamu, mau gak kamu jadi
pacarku?”
Ada yang pernah dengar kata di
atas? Atau bagi yang cowok apakah pernah bilang seperti kata tersebut? Setiap orang
tentu bisa berkata demikian, kalau memang perkataan itu hanya sekedar suara
yang keluar dari mulut. Tapi, ada saat dimana perkataan itu bisa jadi membuat hati si
pendengar/ yang diajak bicara jadi berbunga-bunga, sedih atau biasa-biasa saja. Karena bisa jadi perkataan yang sama akan mempunyai makna yang berbeda bagi kita
tergantung dari siapa yang mengatakannya.
Jika kita mendengar perkataan
di atas dari orang yang ternyata kita juga memiliki perasaan yang sama.
Maka yang terjadi adalah kita merasa betapa lengkap dan indahnya hidup
ini. Seseorang yang memang kita kagumi dan bahkan cintai ternyata juga memiliki
perasaan yang sama. Untuk menjawab pertanyaan itu pun tak perlu pikir panjang
lagi, meskipun ada juga sebagian wanita yang pada dasarnya telah mengiyakan
pertanyaan tersebut tapi basa-basi terlebih dahulu dengan meminta waktu untuk
berpikir. Ya, itu memang wajar. Karena memang harus diakui salah satu daya tarik dari seorang
wanita adalah ketika ia mampu membuat penasaran seseorang yang menaruh perasaan
cinta padanya. Jadi, jika pertanyaan di atas keluar dari mulut orang yang –
diam-diam – kita cintai, maka saat itulah hati kita akan berubah menjadi taman
bunga.
Kemudian, jika saja pernyataan
tersebut keluar dari orang yang tidak pernah terlintas dala benak kita untuk
menambatkan hati padanya. Maka, bisa jadi dunia saat itu telah menghimpit tubuh
kita. Apalagi – katakanlah – ia adalah teman dekat kita. Ingin dijawab tidak,
tapi takutnya dia sakit hati dan tidak mau berteman dengan kita lagi. Dijawab
iya tapi dalam hati tak ada sedikit pun perasaan cinta, dan takutnya ketika
dipaksa nanti akan lebih menyakiti karena telah memberi harapan palsu. Jadi,
pernyataan di atas akan menjadi pertanyaan yang cukup berat ketika itu keluar
dari teman baik kita, sementara kita tak ada sedikit pun rasa suka lebih dari
teman. Saat itulah kita seakan-akan dihadapkan pada dua pilihan yang
benar-benar sulit.
Yang selanjutnya adalah kita
merasa biasa-biasa saja ketika mendengar pernyataan dan pertanyaan tersebut
jika yang mengatakan itu adalah orang yang asing buat kita, atau hanya sebatas
kenal saja. Jika pada posisi ini, sudah pasti jawabannya adalah tidak, meskipun
tidak menutup kemungkinan ada jawaban yang lain.
Dari kesemuanya itu, tidaklah
begitu penting untuk dipermasalahkan siapa yang bertanya seperti itu kepada
kita. Karena “Tidak Ada Yang Salah Cinta”. Kita tidak bisa menyalahkan jika
orang yang menyatakan cinta pada kita bukanlah orang yang kita cintai. Atau kita
juga tidak bisa menyalahkan jika orang yang kita cintai ternyata mencintai
orang lain. Karena cinta itu memang aneh, dan aneh itu bisa berarti tak
terduga, tak bisa direncanakan, tak bisa diatur kapan datang dan perginya, kepada
siapa ia menambatkan hati, kepada siapa ia hendak menyerahkan separuh jiwanya,
dan lain sebagainya. Yang terpenting adalah ketika kita mendapatkan pernyataan
dan pertanyaan seperti itu, kita harus memberi jawaban yang tegas. Jika memang
iya, katakan dengan jelas bahwa kita bersedia menjadi belahan jiwanya. Jika tidak,
maka katakanlah tidak dengan tegas, mungkin awalnya dia sakit hati, tapi
seiring berjalannya waktu sakit itu akan hilang tergantikan oleh kecintaan yang
lainnya setelah nikah.
Yang terpenting juga adalah
jangan pernah kita coba-coba dalam menerima cinta. Semisal kita menerima
pernyataan cinta seseorang dengan dalih “siapa tau cocok” (STC), padahal dalam
hati kita tidak ada sebutir pasir pun untuk mencintainya juga. Sementara kita
masih dalam fase STC, orang yang mencintai kita sudah merawat serta menjaga
cintanya hingga dari ke hari cinta itu semakin tumbuh besar. Setelah berjalan
beberapa waktu dan cinta itu telah tumbuh besar, tiba-tiba kita mutusin dia
karena ternyata hipotesis STC tidak terbukti. Ketika akhirnya putus, kita
mungkin tak akan merasakan sakit yang begitu dalam. Tapi bagaimana dengan yang
mencintai kita? Bisakah kita bayangkan jika kita berada di posisinya, mencintai
dengan sepenuh hati, kemudian kita dijatuhkan setelah sebelumnya kita dimuliakan
dengan menjadi pacarnya. Apa yang kita rasakan itu lah yang dirasakan orang
yang kita labeli STC. Jadi, lebih baik menyakiti di awal dengan mengatakan yang
sejujurnya terkait dengan perasaan kita daripada di belakang timbul masalah
lagi.
Kesimpulannya adalah cinta itu
ajaib. Karena di dalamnya penuh dengan kejutan. Semisal pada pernyataan di
atas, jika tidak ajaib tentu pernyataan dan pertanyaan yang sama tidak akan
mengandung makna berbeda. Tegas dalam memberikan jawaban juga harus selalu
diperhatikan. Karena seperti yang telah disebutkan di atas, lebih baik
menyakitinya di awal daripada kita membuat senang dia dan menciptakan
kenangan-kenangan indah bersamanya namun tak berakhir dengan indah.
“Tidak ada yang salah dalam Cinta, yang
salah adalah ketika Cinta itu hanya bersembunyi pada kegelapan yang penuh
penantian”.
“Tidak ada yang salah dalam Cinta, yang salah adalah ketika Cinta itu hanya bersembunyi pada kegelapan yang penuh penantian”.
ReplyDeleteMantaaaabbb...apiig,hha