Membaca itu tak Terbatas



Pernahkah kita berpikir – sebagai orang Islam – mengapa perintah pertama yang diturunkan oleh Allah SWT. – melalui malaikat Jibril – kepada nabi Muhammad SAW. adalah “membaca” (QS. Al-‘Alaq 1-5)? Padahal kita tahu bahwa misi utama agama-agama Samawi adalah ketauhidan, termasuk Islam.
Pertanyaan selanjutnya, apakah saat itu malaikat Jibril membawa semacam kertas atau yang sejenisnya yang di dalamnya terdapat sebuah tulisan, sehingga malaikat Jibril meminta nabi Muhammad SAW. untuk membacanya? Karena jika kita mengacu pada beberapa riwayat, disebutkan bahwa ketika Nabi SAW. diminta untuk membaca, beliau menjawab “aku tidak bisa membaca”. Jika kita maknai peristiwa itu dengan apa adanya, maka yang kita dapati adalah malaikat Jibril membawa sebuah tulisan, dan meminta nabi Muhammad SAW. membaca tulisan tersebut, dan nabi Muhammad SAW. menjawab tidak bisa membacanya, yakni membaca tulisan itu. Tapi apa memang seperti itu? Wallaahu A’lam.
Menjawab pertanyaan yang pertama, kenapa perintah pertama adalah membaca? Jika kita mau berpikir sejenak, kita akan temukan bahwa membaca dapat mengembangkan wawasan kita. Selain itu – disadari atau tidak, diyakini ataupun tidak – dengan membaca kita mampu mendekatkan apa yang menjadi impian kita. Semisal, kita ingin menjadi pengusaha yang sukses, maka bacalah apa yang memang dapat mendekatkan kesuksesan usaha yang kita pilih. Ingin jadi seorang guru yang profesional, bacalah buku-buku tentang keguruan, dan lain-lain. Selain itu, dengan membaca kita mampu memasuki segala dimensi ruang dan waktu.. Mengapa demikian? Jika kita membaca buku-buku sejarah, maka kita akan diajak memasuki kejadian-kejadian tempo dulu yang penuh hikmah. Begitu pun ketika kita membaca buku-buku revolusioner atau buku-buku yang mengambarkan kejadian-kejadian yang akan datang, maka mau tidak mau kita juga akan menjelajahi masa depan.  Intinya, dengan membaca, selain dapat mengembangkan wawasan, juga mampu membawa kita menjelajah ke berbagai dimensi ruang dan waktu.
Kemudian, kembali ke pertanyaan yang kedua, apakah ketika malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama kepada nabi Muhammad SAW. membawa tulisan? Jika kita jawab “iya”, apa dasarnya? Kalau memang saat itu Jibril membawa kertas yang ada tulisan di dalamnya, tentu – paling tidak – nabi SAW. pernah menceritakannya kepada sahabat-sahabatnya. Tapi, sampai saat ini – mungkin karena keterbatasan – penulis belum menemukan riwayat yang menyatakan Jibril mendatangi nabi Muhammad SAW. membawa tulisan. Lantas, kenapa ada perintah “bacalah”?
Mari kita coba berpikir sejenak. Apakah perintah membaca itu harus tertuju pada bacaan berupa tulisan saja? Kita sering mendengar bahwa ada seseorang yang bisa membaca pikiran, membaca garis tangan, dan lain sebagainya. Terlepas dari benar atau tidaknya hal tersebut, yang pasti membaca tidak selamanya harus dimaknai membaca tulisan.
Jadi, membaca tidak bisa kita batasi hanya sekedar membaca teks, karena kita juga bisa membaca konteks. Maksudnya, kita bisa membaca tentang kejadian-kejadian alam, membaca keadaan sekitar. Bahkan membaca manusia pun bisa kita lakukan, bukankah kita sering – atau minimal pernah – membaca sikap seseorang, entah itu sikap yang baik atau buruk.
Selain itu, penulis juga mencoba mensinkronkan antara membaca dengan mengintrospeksi. Semisal, bacalah tanganmu sama halnya dengan instrospeksilah tingkah tanganmu, apakah tanganmu digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Bacalah kakimu, artinya instrospeksilah kakimu, apakah kau gunakan untuk melangkah pada kebaikan atau kejahatan? Bacalah mulutmu, apakah kau gunakan untuk berdzikir ataukah untuk menggunjing, mencaci, atau memfitnah? Bacalah matamu, apakah kau gunakan untuk melihat yang baik ataukah keburukan yang selalu kau masukkan ke dalam kornea matamu, dan lain sebagaimya.
Kesimpulannya, bacalah semua yang bisa kita baca. Jangan kita batasi bahwa membaca hanya sekedar membaca teks saja. Kita bisa membaca alam yang menakjubkan ini untuk menambah keimanan kita. Kita bisa membaca perilaku orang-orang bijak untuk menjadikan diri kita bijak. Kita dapat membaca akhir dari perilaku orang-orang durhaka untuk mengambil pelajaran dari mereka agar kita tidak berakhir seperti mereka.
Begitu banyaknya manfaat yang dapat kita peroleh dari “membaca”, sehingga wajar saja jika perintah pertama yang disampaikan kepada nabi Muhammad SAW. adalah “membaca”.[]

0 Response to "Membaca itu tak Terbatas"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel