Masjid, Doeloe dan Sekarang



Setiap agama – termasuk Islam – memiliki tempat ibadahnya masing-masing. Agama Islam memiliki masjid yang selain dijadikan tempat ibadah, juga menjadi maskot yang dimiliki umat Islam. Banyak kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan di masjid-masjid baik itu sholat berjama’ah ataupun kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya, seperti majlis ta’lim, mengaji al-Qur’an, kegiatan TPA/TPQ, dan lain sebagainya.
Sekurang-kurangnya terdapat sekitar 800.000 masjid yang tersebar di Indonesia (Republika, 29/01/2010). Bisa dipastikan jumlah tersebut bisa bertambah dan sangat sulit untuk menyimpulkan jumlah tersebut kini mengalami penurunan.
Akan tetapi, dibalik jumlah yang sangat banyak itu, terdapat kenyataan yang pahit. Bagaimana tidak? Saat ini, sangatlah sulit menemukan masjid-masjid yang selalu dipenuhi dengan jama’ah-jama’ah di setiap waktu sholat. Apalagi masjid-masjid yang ada di kota. Masjid-masjid yang berdiri dengan gagahnya, ketika waktu sholat tiba hanya berisikan segelintir orang.
Selain kemegahan bangunannya, tiap-tiap masjid juga memiliki pengeras suara yang digunakan untuk mengumandangkan adzan sebagai pertanda telah tiba waktu shalat. Akan tetapi, pengeras suara yang – umumnya – lebih dari satu di setiap masjid/ mushola dan ditempatkan di tempat yang tinggi sekalipun tak dapat membuat masjid ramai akan orang-orang berjama’ah. Suara gegap gempita yang mengajak umat Islam untuk menghadap kepada Allah Swt. ternyata hanyalah sekedar pengingat saja bahwa waktu shalat telah tiba saja, tak mampu  menggerakkan individu-individu yang mendengarkannya untuk shalat berjama’ah di masjid.
Realita di atas diperparah lagi dengan suara adzan yang saling sahut-menyahut dari masjid yang satu dengan masjid yang lainnya. Masjid satu selesai adzan, masjid yang di dekatnya baru adzan, yang satu baru selesai adzan, yang lainnya sudah iqamah. Suara adzan yang saling sahut menyahut jika diimbangi dengan jama’ah yang banyak mungkin tidak akan jadi masalah. Tapi, jika memang adzan yang saling menyahut itu tak mampu mendatangkan jama’ah lebih banyak. Maka ada baiknya kita pertimbangkan lagi pengeras suara di masjid-masjid yang ada. Apalagi jika kita bertempat didaerah yang masyarakatnya beragam, tidak hanya Islam saja.
Selain tentang pengeras suara, kebersihan masjid untuk saat ini pun perlu mendapatkan perhatian. Tidak sedikit masjid-masjid yang ada di sekitar kita dari segi kebersihannya kurang mencerminkan nilai-nilai Islam. Lantai yang kotor dan berdebu, toilet-toilet yang tersumbat dan berlumut menjadi fenomena yang tidak sulit kita dijumpai, meskipun kita juga tak bisa menutup mata bahwa masih ada masjid-masjid yang terjaga kebersihannya.
Terdapat perumpamaan yang cukup menarik dari fenomena masjid saat ini. Masjid itu ibarat peti mati, karena orang yang membuatnya enggan menempati. Melihat fenomena yang ada saat ini, nampaknya perumpamaan itu tidaklah berlebihan.  Banyak sekali yang berlomba-lomba membangun masjid, akan tetapi sangat sedikit orang yang berlomba-lomba memakmurkan masjid.
Masjid dengan bangunan yang megah, tapi sepi jama’ah sangatlah berbeda dengan masjid-masjid pada beberapa puluh tahun yang lalu. Masjid-masjid tempo dulu, meskipun dari segi bangunan tidaklah semegah sekarang, namun selalu dipenuhi oleh para jama’ah. Tidak adanya pengeras suara tidak lantas menjadikan orang-orang Islam lalai akan waktu shalat. Apakah ini menandakan bahwa saat ini umat Islam lebih menyenangi  perkara dunia yang bersifat semu daripada perkara ukhrawi yang bersifat kekal? Wallaahu A’lam. []

0 Response to "Masjid, Doeloe dan Sekarang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel