Istilah-Istilah CINTA
Dalam cinta,
kita sering mendengar istilah-istilah “Cinta Pada Pandangan Pertama”, kemudian
“Withing Tresno Jalaran Soko Kulino”, ada juga “Benci jadi Cinta”, dan
masih banyak lagi istilah-istilah lainnya.
Apakah ada
yang percaya dengan “Cinta pada pandangan pertama”(CP3)? Terlepas dari percaya
atau tidak, yang pasti istilah itu muncul bukan karena halusinasi belaka,
melainkan adanya istilah itu berawal dari pengalaman yang nyata, yang benar-benar
menunjukkan keberadaan CP3. Jadi, CP3 ini datang dengan tiba-tiba di saat kita
melihat seseorang yang hanya dalam hitungan detik mampu mencuri hati kita.
Biasanya, CP3 ini lebih berorientasi pada keanggunan dan kerupawanan seseorang,
karena namanya saja “Cinta Pada Pandangan Pertama”, sedangkan kita tahu sendiri
bahwa yang bisa dipandang ialah lahiriah seseorang saja. Akan tetapi, fenomena
CP3 ini tidak harus lebih berorientasi pada fisik saja.
Lantas,
pernahkan kita mendengar istilah “kecantikan fisik bukanlah segalanya”? Jika
CP3 ini memang benar-benar berasal dari fisiknya saja, maka alangkah baiknya
perasaan cinta itu di karantina. Karena jika hanya fisiknya saja yang kita
cintai, maka pada hakikatnya itu bukanlah cinta. Karena cinta itu tidak
terbatasi oleh fisik. Hari ini si doi memang terlihat sebagai wanita paling
cantik sedunia atau pria paling sempurna, tapi apakah apakah ada jaminan jika si
doi pada 20 tahun selanjutnya masih jadi wanita paling cantik atau pria paling
sempurna? Kalau cinta kita itu karena fisiknya saja, maka seiring hilangnya
kerupawanan orang yang kita cintai, maka hilang pula cinta kita ke mereka. akan
tetapi, jika cinta yang kita punya tidak sepenuhnya didasarkan pada fisik saja,
maka 20 tahun kemudian sanjungan kita pada orang yang kita cintai tetap sama.
Atau bukan hanya 20 tahun, bahkan – seperti lagu yang dibawakanYuni Shara dan
Rafi Ahmad – 50 tahun lagi perasaan kita ke doi tetaplah sama. Jadi, cinta
dengan CP3 itu sah-sah saja, akan tetapi perlu kiranya kita melakukan up
grade pada cinta yang dibawa “agen” CP3 ini, agar cinta kita tersebut
bukanlah sekedar cinta pada pandangan secara fisik saja, melainkan pandangan
secara psikis yang salah satu cakupannya adalah akhlak orang yang kita cintai.
Kemudian, “Withing
Tresno Jalaran Soko Kulino”, yakni tumbuhnya cinta dikarenakan selalu bersama.
Jika dipahami dari segi bahasanya, kita dapat menyimpulkan bahwa cinta dalam
istilah ini disamakan dengan Whit yang dalam bahasa Indonesia adalah
pohon. Jadi, secara tidak langsung ada upaya menyamakan antara cinta dengan
pohon. Pertanyaannya sekarang, apakah ada pohon yang tumbuh dengan sekejab?
Tentu jawabannya tidak, karena tumbuhnya pohon itu melalui proses, yang awalnya
hanya berupa biji, seiring berjalannya waktu akhirnya mampu menjadi pohon yang
besar dan mempunyai daun yang lebat.
Jika filosofi
pohon ini dibawa ke dalam hal cinta, maka tumbuhnya cinta ini memerlukan proses
yang cukup lama. Mungkin awalnya kita menganggap si dia sama seperti
teman-teman lainnya. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ternyata muncul
perasaan kagum sehingga kita kini menjadi pengagum rahasianya, waktu pun terus
berjalan, dan akhirnya perasaan kagum itu
– kita sadari atau tidak – telah berubah menjadi cinta. Nah, cinta yang seperti
ini biasanya terjalin antar sesama teman, sahabat, rekan kerja, atau siapa saja
yang memiliki intensitas sering bertemu.
Meskipun membutuhkan
proses, “Withing Tresno Jalaran Soko Kulino” ini mempunyai nilai
positif, yaitu kita bisa tahu secara pasti bagaimana perilaku orang yang kita
cintai, hal itu dikarenakan seringnya bersama dengan si doi. Dari seringnya
bersama itulah kita bisa tahu sisi yang baik atau pun yang – menurut kita –
kurang baik, semua itu bisa kita ketahui. Jika memang kita bisa mentolerir
kekurangan dia dan kita yakin bahwa kita bisa melengkapi kekurangan dia, atau sebaliknya, yakni kita tahu bahwa dia punya
kelebihan yang mampu mengisi kekurangan kita, maka cinta ini memang patut untuk
dijaga dan dipertahankan.
Selanjutnya
adalah “Benci jadi Cinta” (BJC). Bagi yang hobi nonton sinetron atau drama atau
sejenisnya, tak akan asing lagi dengan istilah BJC ini. Karena memang di dalam
beberapa sinetron atau film-film, sering kita temukan cerita sepasang sejoli
yang diawali dengan saling benci, saling memusuhi yang pada akhirnya justru
menjadi sepasang kekasih. Tak hanya di sinetron saja, dalam kehidupan nyata pun
dapat kita temui fenomena BJC ini. Jika kita mencoba melogikakan BJC ini, memang agak aneh. Tapi bukankan aneh itu
adalah hal yang wajar dalam cinta? Jadi, sah-sah saja yang awalnya saling
membenci, kemudian – dengan kekuatan cinta – berubah menjadi saling mengasihi.
Dari
kesemuanya itu, kesimpulannya adalah cinta bisa datang kapan saja dan dengan
siapa saja, bahkan datangnya pun bisa dengan biasa-biasa saja atau tidak biasa.
Jika datangnya itu biasa-biasa saja, bukan berarti cinta itu biasa, begitu pun
yang datangnya tidak biasa, bukan berarti cinta itu aneh. Karena selamanya
cinta itu amatlah luar biasa. Ok guys? See U……… Salam “Lover”.[]
0 Response to "Istilah-Istilah CINTA"
Post a Comment