Bayangkan Cobaaaaaaa...!!!!!!
Suatu hari di
perjalanan dalam bus kota, ada kejadian yang membuat saya bernostalgia dengan
saat-saat masih duduk di kelas 3 Madrasah Aliyah. Saat itu panas matahari
begitu teriknya, saya dan juga beberapa penumpang yang lainnya melihat sang
kernet bus melarang para siswi sebuah sekolah menengah atas – dengan wajah yang
menyiratkan kelelahan – untuk ikut naik ke dalam bus, karena seperti yang telah
kita ketahui bahwa ongkos anak sekolah lebih murah dibanding ongkos penumpang
reguler, apalagi hari itu adalah hari terakhir libur panjang. Jadi, kernet
tersebut tidak ingin busnya penuh dengan penghasilan yang sedikit.
Kemudian,
bapak yang ada di samping saya berkata “lha ya, mesakne cah sekolahe gak
oleh numpak, padahal wis awan, wis do pengen mulih. Kog kenek e gak mbayangke
misale seng gak dientuk i kui anak e” (Lha ya, kasihan anak sekolahnya
tidak boleh naik, padahal sudah siang, sudah pada ingin pulang. kog kernetnya
tidak membayangkan seandainya yang tidak diperbolehkan itu adalah anaknya).
Saat mengingat
kejadian tersebut, saya jadi ingat nasihat guru saya ketika masih di Madrasah
Aliyah. Beliau memberi pesan pada peserta didik termasuk saya – yang saat itu
berada di bangku kelas 3 – bahwa prinsip kebahagiaan dan keselamatan di dunia
dan akhirat ada dua, yang pertama janganlah kalian melakukan sesuatu
kepada siapa pun yang apabila sesuatu tersebut dilakukan kepada kalian, kalian
tidak suka. Misalnya, kita tidak suka jika ada orang yang membohongi kita, maka
janganlah sekali-kali kita membohongi orang lain. Kita tidak suka di hina, maka
janganlah sekali-kali kita menghina orang lain. kita tidak ingin kasih sayang
Allah SWT. kepada kita hilang, maka janganlah kita menghilangkan
kepercayaan-Nya pada kita sebagai hamba yang taat, dan lain sebagainya.
Jadi, wajar
jika perkataan bapak di atas mengingatkan pada nasihat guru saya di Madrasah
Aliyah. Karena, jika saja kernet bus tadi mau membayangkan bagaimana jika yang
tidak diperbolehkan naik bus itu adalah anaknya. Apakah ia akan tetap melarang
anak-anak tersebut? Wallaahu A’lam.
Kemudian, prinsip
yang kedua adalah selalu ber-khusnudz-Dzon-lah
kepada siapa saja, kepada sesama manusia, sesama makhluk, dan yang pasti kepada
Sang Khaliq. Ber-khusnudz-Dzon kepada sesama manusia misalnya ketika ada
seseorang yang menyakiti hati kita, maka kita berbaik sangka saja bahwa karena
mereka tidak tahu bahwa perbuatannya itu telah melukai hati kita. Bukankah Nabi
SAW. dalam beberapa riwayat disebutkan ketika beliau hijrah ke Thaif, beliau
mendapat sambutan yang buruk dari orang-orang Thaif, sampai-sampai
malaikat pun merasa geram atas perilaku orang-orang Thaif yang menyakiti Nabi
SAW., malaikat pun meminta izin kepada Nabi SAW. untuk menghancurkan kaum
tersebut. Tapi apa jawaban Nabi SAW.? Beliau bukannya mengiyakan tawaran tersebut
melainkan melarangnya, karena Nabi SAW. ber-khusnudz-Dzon atas
orang-orang Thaif, bahwa mereka melakukan perbuatan keji dan menolak risalah
nabi, karena mereka belum tahu bahwa risalah yang dibawa Nabi SAW. adalah
benar. Subhaanallaah
Kemudian ber-khusnudz-dzon
dengan sesama makhluk misalnya ketika di atas meja makan kita hanya tersisa
satu ekor ikan yang akan menjadi menu makan siang. Akan tetapi, tanpa kita
ketahui, ikan tersebut diambil oleh kucing. Jika demikian, apa yang akan kita
lakukan? Mengejar si kucing kemudian memukulinya jika tertangkap, atau kita
mencaci si kucing dengan kata-kata kotor? Atau apa? Sebenarnya jika kita mau,
kita bisa ber-khusnudz-dzon kepada kucing dengan tidak menyalahkannya
atau bahkan memukulinya, tapi kita berprasangka mungkin saja si kucing memang
lebih membutuhkannya dari pada kita, apalagi di meja makan masih ada nasi yang
masih bisa kita jadikan pengganjal perut.
Khusnudz-Dzon
kepada Sang Khaliq misalnya ketika kita sedang dalam kesulitan, dengan uang
pas-pasan, tanpa ada makanan, tiba-tiba uang pas-pasan yang kita miliki
dijambret. Jika dalam keadaan seperti ini, apakah kita masih bisa ber-khusnudz-dzon?
Jawabannya adalah “Why Not?”. Kita masih bisa berbaik sangka bahwa Allah
SWT. telah menyiapkan yang lebih banyak dari apa yang hilang.
Coba kita
bayangkan jika semua manusia memegang erat kedua prinsip ini. Semuanya selalu
berbaik sangka, dan selalu menjadikan diri sendiri sebagai cermin dalam
berperilaku, maka tidak aka nada lagi yang saling menggunjing, mencurigai, menghina,
merendahkan, menyakiti dan lain sebagainya. Kita akan hidup dalam kerukunan dan
kedamaian yang. Bukankah hidup dalam kerukunan dan kedamaian itu sangatlah
Indah?. []
0 Response to "Bayangkan Cobaaaaaaa...!!!!!!"
Post a Comment