Masjid Jadi Ladang Pencurian??
“Hati-Hati Dengan Barang Bawaan Anda”
Dimanakah kita
sering menjumpai kata-kata di atas? Di angkot/ bis/ tempat parkir/ pusat
keramaian? Tentu kita semua tahu bahwa kata-kata di atas itu bersifat himbauan bagi
siapa saja yang ada di sekitar tulisan tersebut bahwasanya tempat itu rawan
kehilangan barang (entah itu dirampok, dicopet, atau jatuh).
Kita sering
mendengar tindak kriminal terjadi di atas angkot. Perampokan, penjambretan,
bahkan sampai pemerkosaan memnag kerap terjadi di atas angkot. Tak kalah dengan
angkot, bis pun demikian. Pemalakan, penodongan, ngamen maksa, pencurian, dan
tindakan kriminal lainnya juga sering terjadi di atas bis.
Tempat parkir?
Adalah ladang yang sangat menggiurkan bagi para pencuri. Dari yang sekedar
mencuri helm, ban mobil cadangan, spion mobil, sampai pencurian motor dan mobil
pun dengan bermacam modus yang semakin hari semakin kreatif juga terjadi di
tempat parkir. Jadi wajar, jika di tempat parkir terdapat himbauan di atas.
Pusat
keramaian seperti swalayan, pasar tradisional, saat pameran, dan keramaian-keramaian
lainnya juga demikian, yakni sering kita dapati himbauan untuk para pengunjung
agar berhati-hati dengan barang bawaannya. Ini wajar, mengingat para pencuri
bebas beraksi dalam situasi yang ramai. Ketika situasi ramai, konsentrasi calon
korban pun akan terbagi kesana-kemari. Situasi ini akan memudahkan si pencuri
untuk beraksi.
Ada fakta yang
- penulis sendiri masih bingung untuk menyebutnya sebagai hal – yang menarik,
mengagumkan, mengherankan, atau menyedihkan. Yaitu fakta tentang hampir di
setiap masjid di sekitar penulis dan mungkin juga para pembaca terdapat himbauan
“Hati-hati dengan barang bawaan anda”. Meskipun ada juga masjid yang memakai
redaksi lain, namun intinya tetap sama yakni meminta kewaspadaan dari
para jama'ah akan barang bawaannya. Bukankah ini merupakan hal yang aneh dan
mengejutkan? Bukankah masjid itu tempat yang suci, tempat yang dipakai untuk
mendekatkan diri dengan sang Khaliq, tempat yang diberkahi, tempat yang suci
nan indah. Tapi kenapa masjid sekarang ini dihiasi dengan himbauan waspada akan
pencurian. Apa yang salah dengan fenomena ini?
Kita memang
tidak bisa memungkiri akan kasus-kasus kehilangan barang yang terjadi di lingkungan
masjid. Mulai dari sandal dan sepatu milik jama’ah masjid sampai barang-barang berharga
bawaan jama’ah seperti uang, handphone, laptop, sepeda, sepeda motor,
mobil, dan lain sebagainya. Modus pencuriannya pun bermacam-macam. Bukankah ini
ironi di atas ironi?
Bagaimana
mungkin kita bisa khusyu’ dalam beribadah jika kita was-was akan bawaan
kita? Memang, ada sebagian orang – yang imannya sudah sangat kuat – menyatakan
bahwa kita tak perlu was-was atau mengkhawatirkan harta yang dititipkan Allah
pada kita, jika pun kita kehilangan harta kita ketika di masjid itu berarti
Allah sedang menguji kita. Pendapat seperti itu memanglah sangat bijak, namun
bijak bagi dirinya sendiri.
Umat Islam
khususnya di Indonesia – khususnya lagi yang tinggal di daerah yang mempunyai
masjid dengan hiasan himbauan hati-hati dengan barang bawaan – patut bersedih
hati dengan hal ini. Kenapa tidak? Semakin banyaknya masjid-masjid yang berdiri
megah dengan menara-menara tinggi menjulang ke langit yang menjadi identitas
umat Islam harus ternodai dengan hal-hal yang sangat memalukan, seperti
pencurian (bahkan beberapa kasus tindakan asusila juga terjadi di lingkungan
masjid).
Selain
himbauan untuk waspada dengan barang bawaan. Ada juga masjid yang di depan
tempat parkir tertulis “Awas, pencuri pura-pura sholat!!!!” Astaghfirullahaladzim…….,
ada apa dengan umat Islam ini? Bagaimana mungkin, sholat yang merupakan amal
ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Ilahi dicampur dengan perbuatan
kotor yang justru menjauhkan diri dari Allah SWT.?
Himbauan-himbauan
seperti ini tidak hanya mencoreng kemuliaan masjid, tapi juga membawa dampak
yang cukup luas. Penulis mencoba mengklasifikasikan dampak ini menjadi dua,
yaitu internal dan eksternal. Dampak internalnya adalah timbulnya kecurigaan
antar sesama jama’ah masjid. Kita bisa bayangkan, ketika berada di masjid,
kemudian masjid itu ada himbauan seperti di atas, tentu akan menimbulkan
kecurigaan-kecurigaan terhadap saudara-saudara kita yang juga sholat di masjid
yang kebetulan belum kita kenal. Jadi, ketika ada orang yang kelihatan agak
aneh, dalam hati kita akan timbul pertanyaan “wah, jangan-jangan orang ini
pencuri yang pura-pura sholat?” Ketika sudah timbul kecurigaan-kecurigaan yang
demikian, alih-alih bisa bersilaturahmi dengan orang tersebut. untuk bertegur
sapa saja sulit.
Sedangkan
untuk dampak eksternalnya adalah image Islam yang semakin menurun di kalangan
non-Islam. Kita semua tahu bahwa saat ini, Islam mempunyai image yang buruk di
dunia Internasional. Islam sering diidentikkan dengan kekerasan dan terorisme. Mungkin
saat ini memang belum ada non-Islam yang menjatuhkan Islam dengan menggunakan dalih
maraknya pencurian di masjid. Tapi, bukan tidak mungkin jika tingkat kehilangan
di masjid ini semakin tinggi, non-Islam akan menyerang umat Islam dengan
mengatakan bahwa bagaimana Islam itu benar, rumah suci tempat orang Islam
beribadah saja banyak pencurinya. Dan mungkin hujatan-hujatan yang lebih tajam
lagi akan diterima Umat Islam dari mereka yang benci terhadap Islam.
Sekali lagi,
kita patut bersedih melihat fenomena ini. Masjid kini menjadi ladang yang
sangat subur bagi para pencuri-pencuri yang ingin menyambung hidup. Atau
mungkin saat ini profesi “mencuri” di negeri ini sedang mengalami peningkatan, padahal
lahan pencurian tetap sama. Sederhananya, peningktan pencuri tidak
diimbangi meningkatnya lahan untuk mencuri, sehingga tempat ibadah pun – yang pastinya
ramai – kini juga dianggap sebagai ladang yang subur untuk melakukan pencurian.
Kadang
terbesit dalam benak penulis, mungkin saja pencurian baik di masjid atau dimana
saja – dan juga tindak kriminal lainnya – tidak akan terjadi jika Negeri ini adalah Negeri yang makmur, sejahtera, aman dan sentosa. Sehingga tidak ada satu pun rakyatnya yang
kesusahan untuk mencari sesuap nasi.
Kita tidak
tahu, siapa yang patut disalahkan dengan semua ini? Jawaban mungkin bisa
berbeda-beda dan mungkin juga semua benar. Tapi, jika ada jawaban yang mengatakan
bahwa Islam saat ini sudah tidak kompeten lagi atau apapun yang mendiskriditkan
Islam, maka penulis – dan tentunya semua umat Islam yang berilmu – pasti tidak
akan membenarkan jawaban itu. Karena agama Islam adalah pedoman hidup yang
didalamnya terdapat kaidah-kaidah dalam berinteraksi dengan semua, yaitu
interaksi manusia dengan Allh SWT., interaksi manusia dengan sesaman manusia,
atau pun interaksi manusia dengan sesama makhluk yang bukan manusia, termasuk
dengan alam. Dan tidak ditemukan dalam Islam sesuatu yang cacat dan merugikan.
Jika ada orang Islam yang melakukan pengrusakan, bukan berarti Islam yang
mengajarkan kerusakan, barangkali orang tersebut yang kurang memahami Islam. Wallaahu
A’lam
0 Response to "Masjid Jadi Ladang Pencurian??"
Post a Comment