UN itu Ujian Nasional atau Ujian Nipu-Nipu?
Ujian Nasional bukanlah merupakan hal yang baru dalam dunia pendidikan di
Negeri ini. Ujian Nasional ini bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi
lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dan kelompok mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Ujian Nasional pun selalu menuai tanggapan yang sama di setiap tahunnya.
Banyak yang mendukung adanya Ujian Nasional, dan tidak sedikit pula yang
menolak diadakannya Ujian Nasional yang diperuntukkan bagi siswa yang berada di
akhir kelas di setiap jenjangnya.
Bagi mereka yang mendukung, menganggap bahwa Ujian Nasional ini merupakan
tolak ukur dari pencapaian hasil belajar dalam satu jenjang pendidikan. Selain
itu, mereka menganggap bahwa melalui Ujian Nasional ini pemerintah dapat
melakukan evaluasi berkaitan dengan mutu pendidikan dalam lingkup nasional.
Sedangkan bagi yang tidak setuju dengan diadakannya Ujian Nasional
menganggap bahwa Ujian Nasional tidaklah efektif jika dijadikan tolak ukur
pencapaian hasil belajar siswa, apalagi dalam Ujian Nasional hanya mata
pelajaran pilihan yang di Ujian Nasionalkan. Selain itu, banyak pula yang
menganggap bahwa Ujian Nasional ini banyak mengandung unsur-unsur penipuan dalam pelaksanaannya.
Tentu, setiap lembaga pendidikan menginginkan semua anak didiknya dapat meraih
kelulusan dalam Ujian Nasional. Ini sangatlah wajar, karena semakin tinggi prosentase
kelulusan Ujian Nasional, maka asumsinya mutu pendidikan dari lembaga pun semakin bagus.
Oleh karena itu, hampir semua lembaga pendidikan di negeri ini melakukan
upaya-upaya semaksimal mungkin untuk menghadapi Ujian Nasional, mulai dari
dibentuk belajar kelompok, diadakannya
les tambahan untuk mata pelajaran yang di Ujian Nasionalkan, dan lain sebagainya. Tidak cukup sampai
di situ. Persiapan Ujian Nasional pun dilakukan dengan menggelar doa bersama,
istighosah dan ziarah ke makam-makam para wali untuk mengharap barokah. Semua
itu dilakukan untuk sebagai persiapan menghadapi Ujian Nasional.
Hal tersebut tentunya merupakan hal yang positif. Namun di balik itu semua, Ujian Nasional pun mempunyai deretan cerita yang buruk, tidak sedikit pula lembaga pendidikan melakukan cara-cara yang tidak beradab untuk mendapatkan hasil kelulusan yang tinggi bagi siswa-siswanya. Mulai dari mengajarkan cara mencontek, memberi jawaban pada teman yang kurang bisa menjawab, bahkan tidak sedikit oknum kependidikan yang sengaja membocorkan jawaban Ujian Nasional dengan bermacam modus yang berbeda-beda.
Hal tersebut tentunya merupakan hal yang positif. Namun di balik itu semua, Ujian Nasional pun mempunyai deretan cerita yang buruk, tidak sedikit pula lembaga pendidikan melakukan cara-cara yang tidak beradab untuk mendapatkan hasil kelulusan yang tinggi bagi siswa-siswanya. Mulai dari mengajarkan cara mencontek, memberi jawaban pada teman yang kurang bisa menjawab, bahkan tidak sedikit oknum kependidikan yang sengaja membocorkan jawaban Ujian Nasional dengan bermacam modus yang berbeda-beda.
Seperti yang kita ketahui bersama. Pendidikan adalah hak segala bangsa.
Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar (SD) atau yang sederajat di tempuh oleh
peserta didik sekurang-kurangnya 6 tahun. Selama proses pendidikan tersebut,
guru selalu dituntut untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan Nasional yang
telah diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003. Tujuan pendidikan Nasional ini tidak hanya menuntut peserta didik menjadi
manusia yang matang dalam pengetahuannya saja, namun manusia yang memiliki
akhlak yang mulia. Pendidikan yang dapat mencetak pribadi-pribadi yang
berkarakter sesuai karakter bangsa ini.
Namun apa yang terjadi? Tidak sedikit lembaga pendidikan yang bukannya
menanamkan akhlak mulia pada peserta didiknya, melainkan mengajarkan akhlak
yang tercela. Sangat ironis ketika pendidikan yang ditempuh selama 6 tahun gugur hanya dalam waktu 5
menit saja, yaitu ketika seorang guru mengarahkan pada siswa untuk membantu temannya
yang tidak bisa dalam Ujian Nasional.
Tidak hanya di tingkat SD saja. Di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) pun demikian. Tentu kita dapat membayangkan, upaya yang telah ditempuh bertahun-tahun runtuh hanya dalam waktu sekejap. Pembangunan karakter yang baik, akhlak yang mulia menjadi tak berarti karena hal yang sepele tersebut. Bukankah ini sangat mencederai tujuan mulia pendidikan nasional?
Tidak hanya di tingkat SD saja. Di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) pun demikian. Tentu kita dapat membayangkan, upaya yang telah ditempuh bertahun-tahun runtuh hanya dalam waktu sekejap. Pembangunan karakter yang baik, akhlak yang mulia menjadi tak berarti karena hal yang sepele tersebut. Bukankah ini sangat mencederai tujuan mulia pendidikan nasional?
Meskipun demikian, kitak tidak boleh menutup mata bahwa tidak semua lembaga pendidikan di negeri ini seperti
itu, masih banyak lembaga pendidikan yang konsisten dengan tujuan pendidikan
nasional. Di luar itu semua, pendidikan adalah penentu dari kemajuan bangsa.
Bangsa yang memiliki pendidikan yang bermutu, akan mudah berkembang dan maju.
Begitu pula dengan keadaan sebaliknya, kemajuan suatu bangsa akan sulit
tercapai jika mutu pendidikan bangsa tersebut bagus.
Ujian Nasional memang dapat dijadikan motivasi untuk peserta didik untuk lebih
rajin dalam belajar. Namun, apakah rajin belajar hanya ketika akan menghadapi
UN saja, tentu tidak demikian. Andai pun memang demikian, yakni Ujian Nasional
mampu meningkatkan motivasi belajar siswa,
mungkin ada baiknya Ujian Nasional memang diadakan tidak hanya ketika
berada dikelas akhir setiap jenjang pendidikan, namun diadakan setiap semester.
Tidak hanya itu, ada baiknya pula jika semua mata pelajaran di Ujian
Nasionalkan agar semua mata pelajaran mendapatkan perhatian yang sama dari
pendidik dan peserta didik.
Pada dasarnya, motivasi peserta didik akan tumbuh dengan sendirinya jika
mutu suatu pendidikan itu baik. Memang tidak dapat dipungkiri, Ujian Nasional
mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, namun motivasi tersebut hanya
bersifat sementara. Selain itu, perlu diperhatikan beberapa dampak negatif dari Ujian Nasional, diantaranya menjadikan peserta didik berpikir pragmatis, yakni bagaimana cara agar dapat
lulus Ujian Nasional dan dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang
selanjutnya.
Yang tak kalah penting juga ialah secara psikologi, setiap peserta didik
tidaklah sama. Mereka mempunyai kecenderungan-kecenderungan belajar yang berbeda-beda,
sedangkan Ujian Nasional berprinsip menyamakan semua peserta didik yang ada di
Indonesia dengan standarisasi yang sama. Selain perbedaan individu pserta didik, lembaga pendidikan di
Indonesia pun berbeda-beda baik itu tenaga kependidikannya, sarana dan
pra-sarananya, dan komponen-komponen lainnya yang berbeda.
Ujian Nasional saat ini memang tidak lagi menjadi tolak ukur kelulusan.
Meskipun demikian, paradigma yang sudah terlanjur terbangun di masyarakat adalah
Ujian Nasional tetap menjadi penentu kelulusan, dan ini berimplikasi pada
upaya-upaya pencapaian hasil ujian yang
maksimal baik dengan cara yang beradab atau dengan cara yang biadab.
0 Response to "UN itu Ujian Nasional atau Ujian Nipu-Nipu?"
Post a Comment