Bukan AADC, tapi AADS,,,,,,,ada apa dengan sejarah?
Fenomena "bosan/jenuh" dalam mata pelajaran Sejarah di sekolah-sekolah nampaknya tidak aneh lagi. Kebosanan tidak hanya dirasakan oleh peserta didik, namun dirasakan juga oleh pendidik. Peserta didik bosan dikarenakan pendidik yang dalam penyampaian materi kurang variatif dan cendrung monoton. Pendidik pun demikian, melihat respon yang kurang bagus dari peserta didik membuat pendidik (dalam sekolah yakni guru) merasa tak perlu susah-susah mencari strategi baru dalam penyampaian sejarah yang akhirnya berimplikasi pada penggunaan strategi pembelajaran - yang bisa dikatakan tradisional - ceramah. Jadi, rasa bosan dalam materi sejarah dalam kelas bisa dikatakan sebuah respon balik antar peserta didik dan pendidik.
Melihat kenyataan di atas, Drs. Soewarno dalam tulisannya mencoba mengurai permasalahan yang berkaitan dengan cara-cara penyampaian pendidikan sejarah untuk membangkitkan minat peserta didik mempelajari sejarah. Tulisan tersebut mengandung setidaknya lima topik.
1) Topik pertama,
ialah mengetahui latar belakang peserta didik kurang tertarik terhadap pendidikan sejarah dan upaya membangkitkan minat peserta didik. Seperti yang telah kami sampaikan, pelajaran sejarah di sekolah-sekolah saat ini menjadi pelajaran yang kurang diminati para pesrta didik. Terdapat sekurangnya ada empat hal yang melatar belakangi hal tersebut, yakni:
a) Adanya anggapan bahwa matematika, ipa dan ilmu-ilmu pasti lainnya lebih penting daripada Ilmu Sosial (IPS) termasuk sejarah.
b) Buku-buku pelajaran sejarah sekarang ini kurang menarik, dan justru hanya menunjukkan peristiwa-peristiwa masa lampau tanpa mampu memunculkan hikmah-hikmah dari sejarah yang mereka pelajari, yang pada akhirnya ini berimplikasi pada munculnya anggapan bahwa pelajaran sejarah hanyalah cerita dari masa lampau yang tak penting dan tak akan relevan dihadapkan pada era globalisasi ini.
c) Pada umumnya guru-guru sejarah kurang memahami metode dan penggunaan media pengajaran. Kurangnya pemahaman guru terhadap metode serta penggunaan media akan berakibat pada terciptanya iklim yang monoton dalam PBM. Bahkan tidak hanya pada pelajaran sejarah saja, ketika tidak ada variasi dalam PBM maka peserta didik akan mengalami kebosanan, yangmana kebosan dalam PBM ini dapat menghambat proses pendidikan.
d) Jarang sekali guru mengajak siswanya belajar sejarah di luar kelas, misalnya berkunjung ke tempat peristiwa sejarah di sekitarnya, ke museum dan lain-lain. Belajar sejarah secara langsung seprti ini akan menjadikan peserta didik memahami makna dari bukti-bukti nyata peristiwa sejarah.
Lantas, apakah fenomena "bosan" dalam mata pelajaran di sekolah ini tidak dapat diatasi? Berkenaan dengan hal tersebut, ada beberapa saran yang diberikan oleh Soewarso dalam rangka upaya-upaya menumbuhkan minat peserta didik belajar sejarah, diantaranya: (1) Dibangunnya ruang sejarah, (2) Pengadaan media pembelajaran, (3) Guru mampu menggunakan media dan metode yang bervariasi, (4) Pengadaan buku standar Sejarah, (5) Pengajaran di luar kelas, (6) Dan lain-lain.
2) Topik kedua
dalam buku Soewarso membahas tentang tujuan belajar sejarah nasional. Sebelumnya, perlu kita ketahui bahwa di dalam sejarah terkandung beberapa aspek yang perlu kita pelajari, yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan. Sedangkan realita yang kita temui saat ini pelajaran sejarah hanya menyentuh pada aspek pengetahuan saja (kognitif), adapun aspek sikap (afektif) dan ketrampilan (psikomotorik) sulit - jika tidak ingin dikatakan tidak mungkin - tersentuh.
Tujuan belajar sejarah ialah agar supaya kita menjadi bijaksana lebih dulu. Karena setiap kejadian dalam sejarah selalu terdapat pelajaran-pelajaran yang dapat kita ambil, sehingga kita mampu menjadi lebih bijaksana.
Selain itu, jika kita amati permasalahan-permasalahan yang terjadi disekitar kita ialah permasalahan yang sama di masa yang lalu, bedanya ialah pada pelakunya. Semisal permaslahan kebutuhan hidup sehari-hari, perlawanan antar manusia, penyalah gunaan wewenang, saingan antar kelompok, perlombaan antar individu untuk mencari kekuatan dan keuntungan, penghasut terhadap rakyat yang tersembunyi dalam masyarakat dan lain sebagainya. Dari kenyataan tersebut itulah, pengalaman yang luas – tak terkecuali berkenaan dengan sejarah – sangat berguna bagi kehidupan manusia untuk menentukan sikapnya dalam mengatasi suatu masalah
3) Topik ketiga
Metode penyampaian yang kurang bervariatif termasuk yang melatar belakangi kurangnya minat peserta didik dalam mempelajari sejarah. Seperti yang telah kita ketahui, metode penyampaian mempunyai peranan yang penting dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Metode yang baik tentu akan memudahkan tercapainya tujuan pendidikan. Begitu pun sebaliknya, sebagus apapun bahan ajar yang diberikan, sepintar apapun guru yang mengajar bukanlah jaminan dapat tercapainya tujuan belajar jika memang tak diiringi dengan penggunaan metode penyampaian yang benar. Tak terkecuali pelajaran sejarah.
Terdapat beberapa metode menurut Soewarso dapat digunakan untuk metode penyampaian pelajaran sejarah, diantaranya:
a) Metode ceramah
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi belajar-mengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik.
Metode ini memang tidak dapat terpisahkan dari PBM. Akan tetapi, penggunaan metode ini yang tanpa henti, tentu akan berakibat pada menurunnya minat siswa dalam mempelajari sesuatu.
Tujuan penggunaan metode ceramah diantaranya:
- Menciptakan landasan pemikiran yang mendorong dan mengarahkan peserta didik untuk lebih banyak mempelajari isi pelajaran secara mandiri.
- Menunjukkan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan penting yang terdapat dalam isi pelajaran.
- Memberikan motivasi kepada para peserta didik.
- Memperkenalkan hal-hal baru, memberi gambaran yang lebih luas dari apa ayng tersaji dalam buku, mengkaitkan antara teori dan praktek dan menjlaskan hubungan informasi tertentu.
- Menjelaskan prosedur tugas-tugas belajar yang diberikan dengan format yang lain.
Ada beberapa keuntungan dari metode ini, salah satunya guru dapat menyampaikan materi dengan ringkas, penyampaian isi materi penuh dengan pertimbangan, dan beberapa keuntungan lainnya.
Disamping itu, terdapat pula kekurangan dalam metode ini, kekurangan tersebut diantaranya: belajar cenderung berpusat pada guru, yang pada akhirnya mengakibatkan siswa tidak aktif. Selain itu, metode ini hanya menghasilkan ingatan yang pendek, ditambah lagi penggunaan metode ini lebih dari 20 menit akan menjadikan peserta didik bosan.
Agar pemakaian metode ceramah ini efektif, perlu kiranya memperhatikan langkah-langkah prosedural berikut:
- Tahap persiapan ceramah.
- Tahap awal ceramah.
- Tahap pengembangan ceramah.
- Dan tahap akhir ceramah.
b) Metode diskusi.
Diskusi secara sederhana berarti pembahasan suatu masalah tertentu secara bersama, untuk saling bertukar informasi. Digunakannya metode ini dalam pembelajaran ialah untuk mengembangkan: (1) pikiran kritis, (2) sikap demokratis, (3) tujuan-tujuan kognitif tingkat tinggi, dan (4) mengembangkan sosial-emosional.
Seperti halnya dalam metode ceramah, metode diskusi pun memiliki keuntungan dan kekurangan. Keuntungan dari metode ini ialah mereka mampu mengembangkan beberapa kemampuan seperti kemampuan bertanya dan menjawab, serta mampu mewujudkan apa yang telah menjadi tujuan dari metode ini, dan yang tak kalah penting, metode ini mendorong siswa menjadi aktif.
Adapun kekurangannya ialah: (1) hasil yang dicapai sulit diramalkan, (2) penggunaan waktu yang kurang efisien, (3) metode ini cenderung hanya didominasi seorang atau bebrerapa anggota diskusi, (4) tidak semua guru dapat menjadi pembimbing dalam diskusi, padahal metode ini menuntut itu, dan (5) tuntutan keaktifan siswa dalam diskusi, sedangkan setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda.
Untuk mengatasi semua kekurangan – paling tidak meminimalisir kekurangan – maka perlu diperhatikan prosedur dalam penggunaan metode ini:
- Tahapan sebelum pertemuan. Kegiatan yang dilaksanakan ialah pemilihan topik, membuat rancangan garis besar, menentukan jenis diskusi yang akan digunakan, serta mengorganisasikan para peserta didik sesuai kelompok dan jenis diskusi.
- Tahapan selama pertemuan, yaitu guru menjelaskan hal-hal yang berkaitan degan diskusi (tujuan serta topik diskusi). Dilanjutkan dengan pelaksanaan diskuisi, pencatatan hasil, pelaporan dan penyimpilan hasil diskusi.
- Tahapan setelah pertemuan, yang masuk dalam kegiatan ini adalah membuat catatan tentang gagasan-gagasan yang belum ditanggapi dan kesulitan yang timbul selama diskusi serta mengevaluasi diskusi dari berbagai sudut pandang dan evaluasi daripada peserta didik serta lembaran komentar.
c) Metode inquiry
Metode inquiry adalah strategi mengajar yang memungkinkan peserta didik mendapatkan jawaban-jawabannya sendiri. Metode inquiry secara keseluruhan akan lebih mendorong peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan ketrampilan untuk memahami lingkungannya secara lebih luas.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penggunaan metode ini ialah membantu para peserta didik mengembangkan kemampuan intelektual dan ketrampilan yang diperlukan untuk membangkitkan atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban-jawaban yang lebih teliti tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui.
Keuntungan yang paling mendasar dari metode ini ialah peserta didik dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan yang lebih tinggi dari bidang kognitif, dan juga mendorong pemikiran intuitif. Sedangkan kekurangan metode ini diantaranya ialah membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan pengetahuan itu.
Dalam metode ini terdapat enam tahapan:
a. Memperkenalkan masalah.
b. Mengumpulkan data.
c. Menganalisi data.
d. Membuat hipotesis.
e. Menguji hipotesis.
f. Membuat kesimpulan.
d) Metode widya pustaka.
Adalah perjalanan yang diadakan sekolah untuk tujuan pendidikan, dimana para peserta didik pergi ke tempat-tempat dimana bahan yang dikehendaki memungkinkan langsung di dalam tempatnya atau lapangan.
Tujuannya:
1. Merangsang peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri aspek-aspek tertentu dari objek sejarah.
2. Melengkapi pengetahuan yang diperoleh di sekolah.
3. Melihat, mengamati, menghayati secara langsung mengenai objek sejarah.
4. Menanamkan nilai moral pada peserta didik.
Penggunaan metode widya wisata secara umum meliputi tiga tahap: tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian.
e) Metode oral history.
Oral history adalah pembicaraan yang dilakukan dengan melalui wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mengumpulkan data, dan pengembangan pengetahuan yang berguna untuk memecahkan suatu masalah. Jadi, bisa dikatakan metode ini berusaha mengungkap sejarah melalui wawancara dengan nara sumber.
Tujuan:
1. Melatih peserta didik berani berbicara dengan orang lain untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
2. Melatih peserta didik untuk membuat perencanaan pertanyaan-pertanyaan secara sistematis.
3. Mengembangkan pengetahuan peserta didik tetntang pengumpulan data sejarah, menganalisa data dan mempublikasikan hasil wawancaranya.
4. Menanamkan nilai kepada peserta didik cinta tanah air dan bangsanya.
4) Topik berkaitan dengan model dan media pembelajaraan sejarah
Di bawah ini akan disampaikan beberapa model pengajaran dan beberpa media mengajar sejarah:
a) Model garis besar kronologis
Model garis besar kronologis ini dilaksanakan karena ada kebaikannya sebagai berikut :
a. Cara ini mampu memberikan gambaran perkembangan peristiwa sejarah yang makin meluas, yang dimulai dengan pemberian gambbaran [erkembangan yang bersifat elementer ditingkat sekolah dasar.
b. Sejalan dengan inti dari sejarah yaitu evaluasi atau proses yang berkelanjutan yang memang perlu menjadi perhatian peserta didik.
Penggunaan model ini juga ada kelemahannya antara lain :
a. Kemungkinan peserta didik mengalami kejenuhan akibat perulanagn yang tidak perlu.
b. Aspek psikologis dari kegiatan belajar cenderung diabaikan (Widja, 1889 : 33 )
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan diatas guru sejrah harus sering menyelingi topik – topik baru yang sesuai dengan perkembangan jiwa peserta didik.
b) Model tematis
Model tematis adalah suatu penyampaian pelajaran dengan penekanan pada penanaman atau pengembangan pengertian yang mendalam untuk periode-periode tertentu dalam sejarah yang menyangkut tema-tema kehidupan tertentu pula.
Di dalam pelaksanaan model ini guru dapat menggunakan beberpa motode misalnya metode ceramah, diskusi, pemberian tugas, dan sebagainya.
c) Model pemahaman
Model pemahaman gambar adalah cara mengajar untuk menumbuhkan imajinasi peserta diik dalam memecahkan maslah yang diberikan oleh gurunya.
Beberpa strategi yang dapat dipilih dalam model pemahaman gambar :
a. Serangkaian gambar utuk belajar kelompok.
b. Serangkaian gambar untuk belajar individual
c. Kelas menggunakan buku teks gambar.
d. Gambar didnding.
e. Gambar pada film stip/slide.
d) Model Permainan Drama dan Simulasi
Dalam model ini bahan-bahan yang pengajarannya diterangkan oleh guru secra garis besarnya dan peserta didik disuruh membaca buku sejarah. Akhirnya guur merumuskan tujuan belajar yang arahnya menggunakan model permainan drama dan simulasi, Misalnya : Guru memberikan bahan tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.
e) Model Belajar dengan Peta
Peta berfungsi untuk menunjukan peserta didik akan tempat-tempat, kota-kota dan Negara, sungai dan gunung, jalan-jalan dan jalur-jalur perdagangan, bekas-bekas peristiwa sejarah dan lain-lain.
Ada beberapa jenis peta yang digunakan dalam proses belajar mengajar sejarah, yakni :
a. Peta sejarah.
b. Peta Geografi.
c. Peta untuk latihan di dalam kelas.
d. Peta Dinding
e. Gambar peta pada papan tulis.
Media mempunyai peranan penting dalam menyampaikan materi. Media adalah sarana yang menjadikan materi terlihat lebih nyaata. Robert. A. Reiser dan Robert M.Gagne mendefinidsikan bahwa media pengajaran adalah fisik yang mengandung peran pendidikan yang dikomunikasikan.Media pengajaran meliputi guru/pelatih, slide, film stip dan banyak alat fisik yang mengandung pesan pendidikan yang dikomunikasikan (Robert, 1983: 5).
Penggunaan mdia pun tidak asal-asalan, termasuk waktu penggunaannya. Lalu kapan media dapat digunakan? Berikut adalah saran kapankah menggunakan media.
a. Pada waktu mengantarkan suatu topik baru.
b. Sebagai ilustrasi dan situasi zamannya.
c. Disajikan pada pertengahan pelajaran.
d. Sebagai simulasi imajinasi peserta didik.
e. Sebagai sarana untuk perbaikan.
f. Sebagai bahan tes.
Di dalam pendidikan sejarah ada beberapa macam media, yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Peninggalan sejarah (objek)
:uang kuno, alat rumah tangga, senjata, bekas kerajaan dan lain-lain.
b. Model
alat-alat yang sangat mirip dengan sekali dengan kenyataannya. Contoh : candi, alat, senjata, baik yang terbuat dari kayu, plastic, atau tanah liat.
c. Gambar
Contoh: gambar imajinasi lkaum tani sejarah abad pertengahan Amerika Tengah.
d. Bagan Waktu
Memberi kerangka kronologis sehingga peristiwa dan perkembangannya bisa ditunjukan dengan jelas. Contoh : periodesasi Sejarah Nasional Indonesia.
e. Peta
Peta sejarah akan sangat mmbantu memberikan beban tambahan atau bahan tambahan atau bahan bantuan untuk menunjukan peristiwa, arah, letak geografis, suatu wilayah, dan sebagainya (Widja, 1989 : 65-66 ; Kasmadi, 1996:133).
f. Media Modern
Beberpa macam media modern antara lain : radio dan televise, slide, film stip, video, dan lain-lain.
5) Topic terakhir ialh penilaian.
Secara garis besar tes ada dua macam :
a. Tes esai untuk kemampuan peserta didik yang berhubungan dengan penggunaan bukti-bukti sejarah argumentasi suatu kasus dan sebagainya. Pertanyaan esai adalah cara khusus yang efektif untu mengukur kemampuan peserta didik mengorganisasi, menganalisis, menggunakan, mengumpulkan (mensintesis) sdan menilai informasi yang telah mereka pelajari. Beberapa pertanyaan esi memberikan kebebasan pada peserta didik untu berpikir secara panjang lebar, dan cara serta kecepatan mereka berbeda –beda.
b. Tes Objektif
Untuk pengetahuan fakta dan kemampuan kognitif yang sederhana. Sifatnya masing-masing soal berdiri sendiri. Bentuk soal objektif yang cocok penggunaannya dalam ilmu sejarah yaitu : pilihan ganda , menjodohkan , pilihan benar salah, mengisi atau melengkapi.
SARAN:
Perlu adanya tindakan serius dari semua kalangan berkitan dengan pentingnya pelajaran sejarah. Peningktan mint peserta didik pun perlu diperhatikan. Upayaa peningkatan minat tersebut ialah dengan caraa menyikapi apa-apaa yang ad dalam pembhssn latar belkang terjadinya penurunan minat/ bosn pada pesert didik dalam belaajar sejarah. Seperti disediakannya ruang sejarah, pelatihan bagi para guru gr dpat memunculkan semngat pa yng ada daalam pelajaran, dan lain sebagainya.
0 Response to "Bukan AADC, tapi AADS,,,,,,,ada apa dengan sejarah?"
Post a Comment